1. "Saya, sih, maunya besok."

20.4K 1.4K 49
                                    

Hai.

Acieee. Yang baca prolog jadi pada kepikiran duluan. Haha.

Sedikit info. Zelian 2 ini update konstan seminggu sekali. Untuk hari tepatnya, saya gak bisa pastikan. Tapi, gak tahu. Kalau saya lagi baik dan encer otaknya, mungkin bisa 2 atau 3 kali seminggu.

Yang ngikutin Zelian 1 dari awal pasti tahu saya suka update tiba-tiba karena punya stok 😏

Intinya terserah saya. Cuma kalian setiap minggu dijamin dapat update wkwkw

Jangan lupa tekan bintang dan galakkan comment 💙

Selamat menikmati :)

*****

"Dam--" Zelina mematung. Ekspresi di wajahnya menghilang, "-ian."

"Kalau gitu aku balik ke poli dulu, ya, Yan. Get well soon."

Parfum semerbak di udara, menari-nari di indra penciuman Zelina yang terusik dengan wewangian menyengat itu. Kirana berjalan keluar, menghindari bersentuhan dengan Zelina layaknya ia virus. Tatapan mata Zelina pun jatuh ke pria yang sedang terbaring lemas di ranjang rumah sakit.

"Gue keduluan, ya?" tanyanya canggung.

Damian pun tersenyum lemah dan menggeleng. "Kamu tetap yang pertama di hati saya."

"Alah. Gombal!" Zelina tertawa pelan, lalu menyimpan tas makanan yang ia bawa di meja. "Lo udah makan?"

"Saya menunggu kamu," aku Damian yang nyengir. Tentu saja hal itu membuat Zelina gemas sendiri.

"Ih! Bandel banget, sih!" Zelina mengomel. "Ngakunya dokter tapi gak bisa ngurus perut sendiri."

"Saya di sini sebagai pasien, Zel. Boleh bandel. Makanan di sini tidak enak."

"Bisa-bisanya...." Zelina menggelengkan kepala pelan. Tunangannya ini kekanak-kanakan sekali. "Sekarang makan! Nih, Mama kirimin makanan. Favorit lo, perkedel kentang."

Damian tidak menjawab, hanya tersenyum sambil menatap Zelina penuh arti. Sekali-kali matanya berkedip polos. Wanita itu pun mengernyit horor.

"Jangan bilang lo mau disuapin lagi."

Damian pun melancarkan aksi picisannya. "Aduh. Tangan saya kaku. Infusnya membuat susah gerak." Ia berpura-pura kesakitan, melirik Zelina, lalu berpura-pura mengaduh lagi. "Saya tidak bisa makan. Tangan saya sakit. Aduh!"

Zelina tidak tahu jika ia harus tertawa atau menggerutu karena gemas sekali pada sisi Damian yang baru-baru ini muncul ke permukaan. Semenjak diterima lamarannya beberapa minggu lalu, Damian jadi lebih manja dan kenakak-kanakan pada Zelina.

Mungkin, inilah salah satu efek dari masa kecil Damian yang suram.

Jiwa kekanak-kanakannya baru muncul sekarang, di depan orang yang membuatnya sangat nyaman.

"Kalau saya tidak makan--"

"Berisik!" Wanita itu meletakkan jari telunjuknya di bibir Damian. "Iya, gue suapin. Puas?"

Pria itu tersenyum dan mengangguk menggemaskan.

Zelina pun tertawa dan menyentil dahi Damian pelan, membuat pria itu mengaduh betulan. "Sampai hati kamu menyentil dahi saya, Zel." Damian mengusap dahinya.

"Eh, biar sembuh. Itu sentilan mujarab. Lo makin kebangetan manjanya pas sakit."

Damian menggerutu pelan sedangkan Zelina tersenyum jahil sambil menyiapkan makanan untuk Damian. Menu kali ini adalah sayur bayam dan perkedel kentang buatan Mama Nina. Semenjak tahu bahwa Damian melamar putrinya, Nina benar-benar menjadi calon ibu mertua yang baik. Perhatian sekali ia pada Damian, apalagi ketika pria itu sakit seperti ini.

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang