3. "Kamu minta dicubit?"

10K 1K 30
                                    

Ehhh, cerita ini sudah menggeser posisi Zelian sebagai nomor 1 di tagar ragu 😭😭 just how fast the night changes....

Terima kasih atas dukungannya 💙

Jangan lupa tetap dukung dan tinggalkan pesan baik, ya!

Selamat menikmati :)

*****

"Zel! Jangan ngebut!"

"Katanya mau hidup bebas!"

"Tapi, tidak seperti ini juga!"

Wanita itu hanya terkikik riang dan memutar gas semakin dalam sementara Damian melafalkan berbagai doa dalam hati sambil berpegangan erat di belakangnya. Beberapa hari yang lalu, Damian sudah sembuh dari DBD dan diperbolehkan kembali dinas sebagai dokter bedah. Sore ini, ia setuju menemani Zelina mencari buku akuntansi tambahan untuk persiapan sertifikasinya.

Nah, karena calon istrinya ini masih bar-bar, dibanding menaiki mobil, Zelina tiba-tiba saja mengajak Damian untuk menaiki motornya menuju pusat perbelanjaan. Damian tentu pernah dibonceng Zelina sebelumnya, tapi kali ini.. Pria itu benar-benar ketakutan!

Zelina mengebut di jalan-jalan sepi, sengaja mengambil jalan memutar supaya lintasan lebih jauh. Otomatis, ketakutan Damian pun bertahan lebih lama. Pria itu hanya bisa menutup mata, berpegangan erat pada pinggang wanitanya, serta menyembunyikan wajah di pundaknya sambil pasrah.

"Dam! Coba lo buka mata! Rasain anginnya!"

"Ini terlalu ekstrem, Zelina!"

"Pelan-pelan, buka mata lo.." Wanita itu melirik dari spion dan menurunkan laju motor sedikit, "Lo aman sama gue, Dam. Lo harus coba percaya, kayak dulu gue percaya sama lo waktu lo bedah pundak gue. Pundak yang lo pake bersandar sekarang."

Perlahan, mata Damian terbuka sedikit, menatap pundak wanitanya yang terlihat sangat kokoh, lalu tangan Zelina yang terlihat sangat presisi dan tanpa ragu mengemudikan motor--layaknya Damian percaya diri dalam mengambil tindakan saat membedah pasien.

Zelina benar. Ia bisa mempercayai calon istrinya dalam hal ini. Ia aman bersamanya. Sadar atau tidak, inilah yang selama ini Damian mimpikan. Hidup bebas, penuh petualangan baru bersama Zelina. Membuat memori menyenangkan dan lepas dari aturan ketat yang selama ini membayangi dirinya. Zelina sedikit demi sedikit sedang membantu Damian meraih semua mimpi itu.

Maka, dengan realisasi tersebut, Damian pun sedikit demi sedikit membiarkan dirinya melunak dan menatap jalanan di depan dengan leluasa. Walaupun masih was-was, ia tetap mencoba membiarkan angin kuat menerpa wajahnya, menikmati perjalanan ini dengan sebuah keberanian baru.

Rasanya... menyenangkan.

Adrenalin Damian berpacu bersamaan dengan jantungnya yang berdegup kencang. Gilanya, ada sisi dari Damian yang diam-diam merasa tenang, lega, dan damai dalam kondisi seperti ini.

Apakah ini rasanya kebebasan?

Senyuman di wajah pria berumur 31 itu pun terbit.

Ia memutuskan bahwa ia sangat menyukai hal ini.

Maka, dengan mengeratkan pelukannya pada pinggang Zelina, Damian pun berbisik, "Naikkan sedikit kecepatannya, Zel."

****

"Dam, kita kayak anak SMA mau SBMPTN, tau, gak?"

Damian terkekeh sembari terus berjalan menyusuri lorong buku sambil menggenggam tangan calon istrinya dengan lembut. Sesekali, jarinya menyentuh cincin emas putih yang telah bertengger dengan indah di jari manis Zelina dengan takjub. Sampai sekarang, pria itu masih merasa mimpi bisa bertunangan dengan wanita yang selama ini ia cintai dalam diam.

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang