23. "B-betulan?"

6.7K 789 72
                                    

Yang di sini udah pada baca Zelian 1? Apa langsung loncat ke sini?

Selamat menikmati :)

*****

"Aku pokoknya gak mau makan sate lagi! Pait!" Zelina terisak sebelum kembali memuntahkan isi perutnya ke kloset. Entah sudah yang keberapa kalinya. Damian pun dengan sabar memijat tengkuk istrinya dan menekan tombol flush. Tengkuk Zelina terasa panas. Ia demam.

"Aku juga ga--gak mau makan sayur lagi! Asin! Perutku jadi gak enak!"

"Iya, Sayang. Tidak perlu dimakan jika tidak suka, oke?"

Zelina mendongak dan menatap suaminya dengan air mata berlinangan di pipi. "B-betulan?" isaknya.

"Iya. Betulan." Damian entah mengapa malah terkekeh gemas saat menghapus air mata Zelina dan mengelap bibirnya dengan tisu. Bibir pucat wanita itu terlihat sekarang.

"Kamu sejak kapan merasa tidak enak badan?"

"T-tadi sore."

"Kenapa tidak jujur saja, hmm?" tanya Damian sembari membantu Zelina untuk berdiri dan cuci muka serta berkumur di wastafel.

"Kamu ulang taun. A-aku gak mau buat khawatir," ujarnya lirih. Zelina pun mematikan keran dan membiarkan Damian mengeringkan wajahnya dengan tisu baru.

"Lain kali, kalau tidak enak badan, langsung bilang saya. Justru, saya lebih khawatir ketika kamu tiba-tiba muntah seperti tadi."

"I-iya, maafin aku."

Melihat istrinya yang cemberut, Damian pun tersenyum dan menarik Zelina ke dalam pelukannya ... sampai beberapa saat kemudian, Zelina malah mendorong Damian pelan. "Kamu bau. Aku malah mual lagi. Jangan deket-deket!"

"Eh? Saya tadi membakar barbekyu. Hanya bau asap sedikit."

"Bau anyir, Dam! Kamu megang daging langsung, ya? Belum cuci tangan, ih!"

"Kan, yang membumbui daging mentah kalian yang di dalam. Bukan saya. Lagi pula, saya sudah cuci tangan sebelum makan tadi."

"Tapi, bau, Dam!" Zelina bersungut-sungut, lalu keluar dari kamar mandi. Betapa terkejutnya ia melihat keluarga besarnya sudah lengkap menunggu di ruang tengah. Mirip-mirip rombongan yang akan nonton sepak bola bersama.

Aduh, mereka dengar percakapan Zelina dan Damian tadi, tidak, ya? Mana pintu kamar mandi tidak ditutup lagi! Ah, sial! Wajah Zelina jadi merona malu. Ia pun menggaruk tengkuk salah tingkah.

Beberapa detik, hanya terdengar hening dan suara flush toilet sampai akhirnya, Erika bersuara, "Kak Zel hamil, ya?"

"Hah?"

"Siapa yang hamil?" tanya Damian yang menyusul dari kamar mandi dan berdiri di sebelahnya, Zelina otomatis melotot horor dan langsung menjauh.

"Kamu jangan deket-deket! Bau!"

"Fix! Si Zelin hamil!" seru Arin sumringah sementara Elvano bertepuk tangan ceria di pangkuan ibunya. Kali ini, Damian dan Zelina yang malah terkejut. Bagaimana bisa? Secepat ini, kah, kemungkinan 20% terjadi di hidup mereka?

Zelina pun tertawa gugup dan malah melirik Damian. "M-mana ada? Jangan ngasal gitu, deh." Wanita itu tidak mau berharap banyak. Sudah cukup ia dijatuhkan oleh POF yang ia derita. "Lagian, siklus Zel juga masih normal. Belum ada telat-telatan. Ya, kan, Dam?"

Damian jadi bingung harus bilang apa. Aduh, rasanya seperti sedang diuji di stase obgyn dengan seluruh keluarga sebagai penguji secara langsung. "Dami dan Zelin belum tahu pasti. Apa yang Zelin bilang benar," jawabnya akhirnya.

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang