27. "Bibit gen bar-bar dari Mama jangan disia-siain. Sayang."

6.5K 764 31
                                    

Wah wah. Dukungan di chapter kemarin tembus 90. Good job! Ayo, tekan bintang dan beri komen lagi 💙 hihi. Banyak mau emang.

Oh. Iya, bagian favorit kalian yang mana?

Kalau saya pribadi, s1 pas Nina ceritain masa kecil Zelina. s2, pas si Damian susah pulang gara-gara Zel mau umrah 😌

Selamat menikmati :)

*****

"HPL-nya kapan Zel?"

"Hmm.... Kalau gak salah 24 Mei. Tapi, gak tau, deh. Bisa maju, bisa mundur."

"Semoga aja pas, deh, ya. Sehat-sehat lo sama calon ponakan gue. Jangan buat drama kayak gue pas lahiran Si Vano."

"Heh!" Zelina tertawa dan menepak lengan Arin pelan. "Ini ulang taunnya Vano, loh! Bisa-bisanya emaknya sendiri bilang hari bersejarah ini banyak drama."

"Ya, lo juga di sana. Lo bisa rasain sendiri gimana suasana waktu itu kental sama drama. Cuma gara-gara masalah kerja doang--Eh! Sekarang udah pertengahan November, loh!Peak season udah mau datang. Gak baik hamil muda kecapean. Lo mau ambil cuti? Jangan sampai, deh, masalah gue sama Rafa keulang di lo sama Damian."

Sejenak, Zelina menatap perutnya yang mulai buncit dan mengusapnya pelan. Sebetulnya, hal itu juga ada di pikirannya belakangan ini. "Entahlah, Rin. Sejauh ini gue sama anak gue baik-baik aja. Semoga aja anak gue kuat, deh, ya, dibawa peak season. Gue akan lebih banyak distribusiin pekerjaan, sih. Biar lebih ringan juga. Tapi, nanti gue coba konsul lagi sama dokter. Kalau dokter gak kasih lampu ijo, gue cuti."

"Kapan konsul selanjutnya?"

"Nanti konsul lagi pas 16 minggu. Awal Desember. Tanggal 5 apa 7."

"Bagus, deh. Baru terpapar awal peak season. Gue doain semoga lo dan anak lo selalu sehat." Arin menepuk pundak Zelina dengan lembut, membuat wanita itu tersenyum dan mengangguk.

"Makasih, Rin.... Siap-siap, ya! Lebaran taun depan, anak gue juga mau minta THR segepok!"

"Yee! Dasar, lo!" Arina hanya memutar bola mata dan tertawa. Tak lama kemudian, Elvano yang sudah segar dan bersih keluar dari kamarnya, ditemani oleh Rafa yang berantakkan.

"Mama!" Balita berumur satu tahun itu berjalan dengan antusias ke arah ibunya yang sedang bersantai dengan Zelina di sofa. Cengiran kecil tidak lepas dari wajah tampan nan menggemaskan Elvano yang sekarang berada di pangkuan Arin.

"Selamat ulang taun, Vano." Zelina menjawil hidung balita itu dengan gemas. "Tante punya hadiah buat Vano. Mau?"

"Cokat, Nte?" Mata Elvano berbinar.

"Eh, bukan coklat, sih. Tapi, sepatu buat jalan-jalan. Kan, Vano udah lancar jalannya sekarang."

Untuk beberapa saat, Elvano hanya berkedip sambil menatap Zelina bingung sebelum beralih untuk menarik kerah Arin. "Nen, Maa," rengeknya tiba-tiba.

"Botol aja, ya, Vano? Nen Mama sakit, Sayang."

"No! Nen!"

"Tapi, jangan gigit, ya? Gigi Vano udah tumbuh. Nanti nen Mama sakit."

Zelina menatap Arin horor sebelum mengalihkan pandangannya pada ponsel. Ia memberi privasi pada Arin yang sedang menyusui Elvano dengan cuek di sebelahnya. Rafa? Oh, dia langsung ke kamar untuk mandi karena Elvano membuat sekujur tubuhnya basah terciprat air tadi. Khusus hari ini, pengasuh Elvano diliburkan karena balita itu ulang tahun. Rafa ambil cuti seharian untuk bermain dengan anaknya.

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang