47. "Jangan siksa aku kayak gini...." [+17]

7.1K 683 53
                                    

Saya gak akan sediakan double up dulu untuk sementara waktu. Lagi jadi orang sibuk 😂 Jadi jangan diminta. Nanti saya sleding betulan lewat komen😌

And and and, jam kuliah saya hari ini full banget dari jam 7 pagi sampe 6 sore (yes, sistem kampus saya kayak sistem SMA yg fullday). Belum lagi deadline tugas sekitar 4-5 tugas untuk minggu ini aja 😭 Duh. Lelah emang. Saya kira, minggu ini perkenalan doang. Eh ternyata pemanasan 😳😤 Belum lagi masih harus ngajar juga malem-malem dan ngurusin hal lainnya di rumah. Duh. Waktu nulis jadi kepotong drastis banget.

It starts to overwhelm me, tbh. Nangis sama ketawa udah gak ada bedanya hahaha😭😭

Anyway, makasih loh udah mau baca bacotan gak penting saya. Serasa punya teman curhat hahahahahahaha 😭

Selamat menikmati keuwuan :)

******

"Morning, Sayang."

Itulah hal yang pertama kali Zelina dengar pagi ini. Tidurnya terasa sangat berkualitas, beda dari biasanya. Mungkin, inilah salah satu efek dari sudah berbaikan. Ternyata, tubuhnya memang rindu tidur di dalam dekapan Damian.

"Pagi, Pak Suami," balas Zelina setengah mengantuk. Dirinya menenggelamkan wajah di dada bidang Damian yang tidak ditutupi apapun. Rasanya hangat dan nyaman sekali. Apalagi, Damian memang selalu wangi.

"Terima kasih sudah mau memaafkan saya. Kamu wanita paling luar biasa yang saya kenal. Semoga saja, Mama tidak cemburu di rumah jika mendengarnya."

Mendengar hal itu, Zelina pun terkekeh pelan dan menghembuskan napas nyaman. "Lo mau gue bilang makasih atau dituduh gombal lagi, nih?"

Getaran di tubuh Damian menandakan bahwa pria yang berusia 32 tahun itu tertawa. Ternyata, Zelina masih mengingat heart to heart talk mereka kemarin pagi. Sisa hari Sabtu itu memang lebih banyak dihabiskan dengan berbicara dan bersantai bersama.

Setelah selesai menjalani rutinitas pagi dan ibadah, Zelina dan Damian yang ingin menikmati hari Minggu--karena jarang sekali dapat bersantai di pekan sebelumnya--memutuskan untuk di rumah saja hari ini. Hamparan sejadah Zelina malah menjadi media rebahan bagi Damian dengan kepala di paha istrinya.

"Ternyata nyaman," gumam pria itu.

Zelina yang bingung pun mengangkat alis sembari menanggalkan atasan mukenanya. "Nyaman apa?"

"Seperti ini. Rebahan di atas sejadah setelah ibadah. Lalu, kepala di atas paha istri sendiri." Damian nyengir. "Saya pernah lihat video seperti itu lewat di timeline media sosial. Baru ingat untuk dicoba sekarang."

"Lo, tuh, ya...." Zelina terkekeh gemas, lantas mencubiti pipi suaminya keras. "Terlalu bikin gemes!"

"Aduh!" Damian meringis. "Cubitnya biasa saja, Zel. Ini pipi, bukan roti."

"Kayak roti. Gemoy. Kenyel, tau." Zelina jadi malah keasikan memainkan pipi suaminya. Damian pun sengaja mengembungkan pipi, membuat istrinya justru memekik senang seraya menekan-nekan jarinya di sana. Pipi Damian bahkan sampai merah sekali dibuatnya.

"Sudah-sudah. Kamu kira pipi saya squeeshey?"

"Iya. Squeeshey bakpau."

"Eh? Memangnya, saya segendut itu sekarang? Pipi saya tidak semerekah itu, kan?"

"Hmm.... Gue, sih, liat lo sama aja. Tapi, ini pipi dua emang sedikit ngembang."

"Tunggu. Jika pipi mengembang, apa perut saya juga ikut mengembang, ya?" Damian meraba-raba perutnya sementara tawa Zelina mendadak pecah. Aduh, memangnya si Damian seperhatian itu pada penampilan? Jujur, meskipun tubuh Damian sudah tidak sejelas dulu ototnya, dia masih seksi bagi Zelina. Buktinya saja, Zelina masih ingin menggigiti punggung suaminya saat ia tak memakai atasan.

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang