44. ".... Sekian presentasi kami. Ada pertanyaan?"

5.5K 784 102
                                    

Hai.

Gila, sepagi ini udah buka wattpad aja kerjaannya haha. Oh, iya. Karena saya mulai kuliah lagi hari ini, saya mau minta maaf di muka aja. Anu ... takutnya nanti update gak bisa secepet biasanya.

Tapi kayaknya minggu ini masih rada aman, lah. Masih minggunya perkenalan wkwkw. Entah kalau nanti-nanti. Padat banget jadwalnya, aduh 😭

Anyway, selamat menikmati :)

*****

"Gimana? Buktinya udah kuat?"

"Sedikit lagi, Bos. Kita bakal ungkap lingkaran setan mereka," seru Farhan menggebu-gebu sementara Zelina mengangguk lesu dan menguap.

"Semaleman bikin bayi, ya, Bos? Kurang tidur gitu keliatannya," timpal Sarah jahil. Zelina hanya mendelik tajam sebelum mengibaskan tangannya asal. Ia pun kembali ke mejanya sendiri dengan gontai. Beda sekali rasanya begadang karena lembur dan karena mengurus bayi.

Mengapa Zelina merasa lelah sekali?

Sebelum ini, ia sering lembur sampai larut. Namun, baru kali ini rasanya tubuh Zelina remuk hanya dalam semalam. Hampir seharian Zelina berubah mode menjadi mayat hidup. Gerakannya sangat lesu.

Apa ini juga efek akan datang bulan? Area panggul dan tulang punggung bagian bawah Zelina pegal sekali rasanya.

Hingga tiba waktunya pulang, Zelina tanpa basa-basi memesan taksi online karena malas menyetir. Biarlah mobilnya disimpan di kantor untuk malam ini. Lagipula, kantornya memiliki sistem keamanan yang tinggi. Jangankan mobil, satu lembar kertas saja dijaga mati-matian agar informasi tidak menyebar.

Ketika sampai di rumah, Zelina disambut oleh tangisan bayi yang membuat matanya langsung melebar. Rasa letih itu dengan ajaib berkurang. Di ruang tengah, terlihat Khaira yang sedang diasuh oleh babysitter paruh baya bernama Rina. Bayi itu sedang ganti popok, makanya menangis keras. Tidak ada tanda-tanda Damian di sini. Mungkin, suaminya memang belum pulang.

Zelina yang baru pertama kali bertemu dengan pengasuh Khaira pun menyapa dan mengobrol sebentar sebelum akhirnya pergi untuk membersihkan diri. Makan malam ia lewati bersama pengasuh dan Khaira yang sedikit rewel hingga akhirnya, Zelina kembali turun tangan menimang bayi mungil itu. Ketika jam menunjukkan pukul 20.30, suara mobil Damian terdengar.

Suasana rumah begitu tenang dan sunyi ketika pria itu memasuki rumah. Makan malam berupa kwetiau goreng yang dibeli di luar tinggal ia hangatkan di microwave. Namun, Damian lebih tertarik untuk menemukan istrinya sekarang. Tebakan jitunya adalah kamar.

Ternyata, insting Damian cukup kuat.

Sebuah senyuman merekah di bibir pria itu ketika ia membuka pintu kamar. Pemandangan yang dilihatnya begitu menggemaskan dan membuat rasa hangat menyeruak di dada. Zelina sedang rebahan menyamping sambil memeluk guling di kasur. Matanya tertutup, tetapi tangannya tak berhenti menepuk-nepuk ringan pantat Khaira yang tertidur lelap di sebelah gulingnya.

Istrinya memang sudah cocok menjadi ibu.

Ah, akan lebih sempurna lagi jika bayi mungil itu adalah Hifza.

Damian buru-buru menggelengkan kepala kuat sebelum memasuki kamar. Ia tidak boleh menyama-nyamakan Hifza dengan Khaira. Bagaimana pun juga, Hifza tidak akan kembali. Khaira juga tidak akan pernah bisa menggantikan malaikat kecilnya. Namun, putri dari Eva itu dapat sedikit mengisi kekosongan dalam rumah tangga mereka.

Setelah berganti baju dan bersih-bersih, Damian berniat untuk bergabung dengan istrinya di kasur. Namun, karena Khaira ada di sana, ia jadi harus memindahkan bayi itu ke tempat tidurnya dulu agar tidak tertindih. Baiklah, Damian sudah berlatih keras hari ini di rumah sakit. Ia bahkan sengaja meminta suster yang menjaga ruang bayi untuk mengajarinya cara mengangkat dan menurunkan bayi dengan baik.

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang