81. "Kamu harus selamat juga! Aku gak mau tahu!"

6.5K 887 203
                                    

Saya harap kalian paham kenapa saya gak double update atau triple update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saya harap kalian paham kenapa saya gak double update atau triple update. Saya masih coba memperbaiki draft. Jika kalian penasaran, saya pun begitu karena saya belum tahu nanti hasil akhirnya bagaimana. Semua masih dalam proses.

Jadi, nikmati dengan sabar sebelum kalian mengucap selamat tinggal. Gak usah minta up lagi. Saya juga lagi kejar deadline.

Kayaknya pada bisa tebak, nih, sad atau happy ending dari judul-judul chapter sisa😊

Pegangan, bestie.

Selamat menikmati :)

*****

"M-mau pulang...," isak Kirana. Sebuah memar keunguan akibat tamparan tadi telah terbentuk di kulit pipi mulusnya, sama dengan di pipi Zelina.

"Aku mau pulang, Zel. Gak mau di sini."

"Gue tau, Kir. Lo diem dulu. Jangan nangis terus." Zelina menghela napas. Ia sama gusarnya. Sungguh, bukan kematian seperti ini yang ada di pikirannya. Ia ingin meninggal dalam dekapan Damian atau Nina, bukan karena organ serta anaknya dipanen untuk dijual orang asing. Bagaimana pun caranya, mereka harus bisa keluar dari sini!

Zelina harus menjernihkan pikiran dan memikirkan cara untuk kabur. Dan dua langkah pertama yang akan ia ambil ... sudah dipersiapkan sejak beberapa jam lalu. Tinggal dieksekusi.

"A-aku gak mau mati di sini, Zel...," tangis Kirana lagi. "Aku takut."

Sama, Kirana. Gue juga sama takutnya, batin Zelina. Namun, ia berusaha untuk tidak menunjukkannya. Harus ada yang bisa berpikir rasional di sini supaya mereka bisa kabur.

"Lo tenang dulu, oke? Gue lagi ... usaha," bisik Zelina sambil susah payah menggerakkan tangannya. Ayolah, sedikit lagi. Ia masih berusaha melepaskan ikatan di belakang tubuhnya. Ketika diseret tadi, Zelina sengaja tidak banyak melawan lagi. Selain karena sudah lelah, ia juga fokus untuk membuat posisi pergelangan tangan di belakang tubuhnya seregang mungkin agar para penjahat itu mengira bahwa ikatannya sudah ketat. Padahal, jika Zelina merapatkan keduanya, ikatan tersebut menjadi longgar sehingga sebuah celah tercipta untuk menyelipkan tangan ke luar. Ya, meskipun harus dengan usaha yang cukup keras karena celahnya sempit.

"Aku kangen Rian, Zel," gumam Kirana lagi.

"Gue juga pengennya sama Damian," timpal Zelina. "Tapi, terima nasib aja dulu."

"Maaf sudah memaksa kamu ke Garut.... Kalau aku gak--"

"Gak ada gunanya nyalahin diri kayak gitu! Berisik!" omel Zelina dongkol. Ayolah, sedikit lagi ... ikatannya sudah semakin longgar, ia hanya perlu meliuk-liukkan tangannya sedemikian rupa agar dapat menyelip keluar dari sana.

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang