39. "Zel! Tuduhan kamu kelewatan!"

6.1K 706 58
                                    

Udah-udah. Ini saya double up biar gak gantung.

Jangan minta triple up 🙈  Stok menipis. Saya harus lembur nulis nanti wkwk. Doakan saja semoga Zelian 2 bisa beres sebelum saya masuk kuliah lagi.

Jangan lupa tekan bintang dan tinggalkan beberapa pesan baik 💙 Oh. Dan kalau berkenan, boleh follow saya. Saya hampir gak pernah post timeline. Jadi notifikasi kalian aman, kok 😏👉🏽👈🏽

Selamat menikmati :)

*****

"Zel...? Saya pulang."

Keadaan rumah gelap ketika Damian berjalan masuk. Namun, mobil dan motor Zelina ada di garasi. Itu artinya, Zelina memang sudah pulang. Suara televisi yang terdengar mendukung dugaan tersebut.

Di sanalah istrinya berada. Menatap kosong ke arah televisi sembari memeluk ember es krim 5 liter di pangkuannya. Dengan gerakan hampa, Zelina terus memasukan suapan demi suapan es krim ke dalam mulutnya. Wanita itu telah melakukan hal ini semenjak satu jam yang lalu.

Damian yang bingung harus mulai dari mana pun hanya bisa duduk di samping istrinya di sofa. Pikirannya mencari akal untuk berbasa-basi. Sialan! Ia merasa benar-benar berdosa sekarang.

"Zel, kamu.... Ekhem, sudah berapa banyak es krim yang kamu makan?"

"Gak penting."

"Nanti perutmu sak--"

"Hati gue udah sakit duluan."

Damian bungkam untuk beberapa saat. Zelina sudah berubah ke mode 'gue-lo' lagi. Artinya, wanita itu benar-benar marah sekarang. Damian pun menghela napas berat sementara pundaknya layu. "Saya...." Damian menggigit bibir gugup. Aduh, apa yang harus ia katakan?

"Gue ini istri lo apa cuma pemuas nafsu lo doang, sih?"

Hati Damian mencelos.

Tidak.... Damian tidak suka Zelina bertanya atau berpikir seperti itu.

"Kamu istri saya. Jangan berpikir seperti itu!" bantahnya. Hal itu membuat Zelina tertawa miris.

"Lo hamilin cewek lain? Mulai capek lo sama gue? Bilang dari awal! Gak usah kayak pengecut gini! Gue benci tukang selingkuh!" Emosi Zelina mulai tersulut. Ia ... tidak suka pada Damian yang tak kunjung memberi penjelasan.

Mendengar tuduhan istrinya, Damian pun menoleh dan menggelengkan kepala kuat. "Saya tidak selingkuh!"

"Terus, siapa cewek hamil tadi?"

"D-dia ... Eva. Suster mantan rekan saya di rumah sakit. Kami tidak ada hubungan apa-apa."

"Kalau lo sama dia gak ada hubungan apa-apa, kenapa ngobrol cuma berdua di pojokan basement kayak tadi? Kenapa dia minta lo buat jadi ayah bayinya dia?! Lo zinah sama dia? Gak cukup lo sama gue sampe cari cewek lain buat kasih lo anak?!"

"Zel! Tuduhan kamu kelewatan!"

"Kelakuan lo yang kelewatan! Lo pikir gue bakal kayak gini kalau gak ada pemicunya!?" Air mata Zelina mengalir begitu saja ketika ia memandang Damian. Kilatan rasa sakit begitu kentara di matanya yang memerah sementara dadanya sesak bukan main. Ia pun membuang muka dan mengusap kasar air matanya. Hanya Tuhan yang tahu betapa keras Zelina menahan diri untuk tidak melayangkan tinju pada Damian detik itu juga.

"Eva sakit keras."

"Bohong!" Zelina berdecak. "Lo gak perlu cerita kayak gitu biar gue kasihan sama dia."

"Saya tidak berbohong, Zel!" Damian yang memang sudah frustrasi dari rumah sakit mulai kehabisan kesabaran. Ia pun memegang kedua bahu istrinya dan membalikkan tubuh Zelina agar menghadapnya. "Apa kamu ingat suster yang membantumu selama dislokasi bahu dulu? Dia Eva! Dia rekan kerja saya yang cukup dekat."

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang