57. "Apa aku tes sekarang?"

5.3K 714 72
                                    

Allo.

Selamat hari Minggu :)

Jangan lupa istirahat. Besok Senin 🙃

Jangan lupa juga tinggalkan dukungan dan pesan untuk saya balas. Hihi. Sesungguhnya cerita on going yang sampai tamat itu terwujud karena dukungan para readers-nya wkwkwk.

Selamat menikmati :)

******

"Tidak apa-apa, teruskan, Sayang...."

Zelina tidak menjawab, masih fokus pada aktivitasnya berupa memuntahkan seluruh makan malamnya ke dalam kloset. Pagi ini, ia merasa mual sekali. Kepalanya juga pusing disertai dengan perut yang sedikit keram.

Dibanding rasa sedih, Zelina justru merasa senang meskipun tubuhnya letih. Tanda-tanda kehamilan dirinya semakin kuat. Bahkan, ketika menekan tombol flush dan mencuci muka di wastafel, senyuman kecil justru menghiasi wajahnya yang pucat.

"Apa aku tes sekarang?"

"Ini baru hari ke-13. Apa sebaiknya tidak menunggu besok?"

"Apa bedanya hari ini sama besok? Bukannya hormonku udah cukup kuat untuk sekadar ... pastiin kalau aku hamil atau gak, ya?"

Damian pun terdiam. Zelina ada benarnya juga. Kehamilan sebetulnya dapat dicek mulai hari ke-12 setelah transfer embrio. Tes kehamilan yang mereka miliki pun beragam, ada yang digital dan strip biasa. Kemungkinan akuratnya lebih besar. Jika Zelina betul-betul hamil, maka usia kandungannya akan dihitung sekitar 4 minggu. Dihitung dari awal siklus atau proses injeksi stimulasi ovum.

"Ya, sudah. Kalau kamu ingin tes sekarang, tidak apa-apa. Mau saya di sini atau di luar?"

"Luar, lah! Kalau diliatin, nanti aku gak bisa buang air. Gimana, sih?" Zelina terkekeh gemas, membuat suaminya nyengir sebelum berjalan ke luar dari kamar mandi.

Dirinya lantas meraih tiga buah test pack. Dua berupa strip biasa dan satu lagi digital yang bisa digunakan berulang asal strip di dalamnya diganti. Dengan hati-hati, Zelina pun melakukan prosedur yang diperlukan, lalu cuci tangan. Buang air kecil pertama di pagi hari dianggap paling efektif untuk mengetes kehamilan, pas sekali waktunya.

Dalam hati, ia berharap-harap cemas sembari menunggu hasil yang didambakan. Matanya merem-melek saking gugupnya. Zelina tidak berani keluar dari kamar mandi sampai hasilnya nampak. Bahkan, dirinya sekarang tengah berjalan mondar-mandir karena gemas. Aduh, mengapa 10 menit itu lama sekali?

Di sisi lain, Damian sebetulnya sama gugupnya dengan Zelina. Ia tentu memperhatikan perubahan istrinya belakangan ini. Namun, sebisa mungkin, Damian terus menekan dirinya agar tidak berharap terlalu tinggi sesuai saran Dokter Hawa. Kemungkinan gagalnya masih terlalu besar.

Ketika melirik jam dan menyadari bahwa Zelina tak kunjung keluar setelah 20 menit, Damian pun mengetuk pintu kamar mandi. "Zel? Apa sudah?"

Tak ada jawaban.

"Saya masuk, ya?"

Tak ada jawaban lagi. Hal itu membuatnya khawatir. Pintu kamar mandi pun didorong begitu mudah karena tidak dikunci. Namun, kemudahan itu tidak ada apa-apanya dibanding rasa berat yang tiba-tiba saja melanda hati.

"Maafin aku."

Itulah yang Damian dengar pertama kali saat melihat istrinya menangis di pinggiran bathtub.

"Aku gagal, Dam," isak Zelina. "Hasilnya negatif."

Wanita itu lantas menutup wajahnya dengan tangan dan menangis. Dirinya begitu kecewa akan hasil test pack kali ini. Dua buah tes strip menunjukkan satu garis sementara tes digital dengan jelas menampilkan tulisan 'not pregnant' di layar kecilnya. Membangunkan Zelina dari khayalannya mengenai buah hati, menamparnya kembali ke kenyataan.

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang