13. "Zel, kamu kenapa?"

7K 822 62
                                    

Jangan lupa dukungan sama komennya, loh. Saya pengen tahu apa respon kalian saat membaca bab ini hehe.

Selamat menikmati :)

*****

"Sudah? Kenapa lama?"

"Tadi gue konsul bentar. Katanya, nanti kita bisa obrolin promil setelah hasil lab kita keluar," jawab Zelina yang baru masuk ke mobil dan memasang sabuk pengaman.

Damian tersenyum mendengar kata promil alias program hamil yang entah kenapa terdengar sangat merdu keluar dari mulut Zelina. Membayangkan Zelina hamil, lalu akan ada seorang bayi yang hadir di antara mereka berdua membuat hatinya berbunga-bunga. Sudah sekitar seminggu semenjak lebaran berlalu. Hari ini, mereka baru menyelesaikan berbagai tes kesehatan dan mendapat suntikan vaksin pra nikah.

Sambil menunggu hasil lab, ia dan Zelina rencananya akan melihat-lihat rumah yang akan mereka tempati setelah menikah. Tentu saja, lokasinya masih berada di perumahan yang sama dengan kediaman Ali, sesuai dengan permintaan Zelina.

Sepanjang perjalanan, Zelina menatap jari-jarinya gamang. Ada sesuatu yang menganggu pikirannya sejak berkonsultasi tadi. Ia baru tahu kalau hal sekecil itu dapat memberi pengaruh besar pada kehadiran seorang bayi di pernikahan mereka.

"Dam," panggilnya cemas.

Damian melirik sebentar sebelum melihat ke arah jalan lagi, "Kenapa, Zel?"

"Gue tadi sempet tanya. Persiapan kalau mau promil itu apa aja, kan," akunya malu.

"Lalu?"

"Dokter bilang ... sebelum konsultasi buat promil, selain tau hasil tes lab dan kesuburan, kita juga harus perhatiin rhesus darah pasangan. Kalau beda, bisa bahaya buat calon bayinya. Kemungkinan terburuknya, antibodi si calon ibu bisa bunuh si bayi di kandungan kalau hamil beda rhesus." Zelina meremas tangannya khawatir.

Damian tertegun. Tentu saja ia tahu perihal ini. Hanya saja, karena terlalu senang, ia jadi lupa memperhatikan beberapa sisi medis penting untuk pernikahan mereka. Sial!

"Golongan darah saya ... O rhesus negatif," ujar Damian pasrah.

Rhesus adalah antigen atau protein yang terdapat di permukaan sel darah merah. Nah, beda halnya dengan populasi orang Eropa yang dominan memiliki rhesus negatif, mayoritas orang Indonesia atau Asia pada umumnya memiliki rhesus positif. Hanya sebagian kecil saja yang memiliki rhesus negatif. Mungkin, di bawah 10%. Langka sekali.

Memang, tidak semua pasangan beda rhesus berakhir dengan kehamilan beda rhesus dan kematian si jabang bayi, tetapi hal itu tetap perlu di waspadai dan mendapat penanganan sedini mungkin.

Berbeda dengan Damian yang terlihat muram, wajah Zelina justru terlihat cerah sekali. "Gue A negatif! Yes!" serunya terlampau bahagia. Hatinya merasa lega bukan main karena satu risiko berbahaya telah hilang dari pikirannya.

Damian yang mendengarnya pun ikut bahagia. Dirinya terkekeh pelan. Selain karena melihat Zelina yang sumringah, ia juga menertawakan kebodohannya sendiri. Dulu, kan, ia pernah menangani operasi dislokasi bahu Zelina. Dia sendiri yang pertama kali membuat rekam medis calon istrinya. Darahnya memang A rhesus negatif. Aduh, bisa-bisanya ia lupa!

Nah, sekarang, masalah lain yang ia harus pikirkan adalah mencari calon pendonor untuk Zelina. Pasokan darah rhesus negatif cukup langka. Jika Zelina betulan langsung hamil setelah menikah, ada kemungkinan ia akan memerlukan donor darah jika suatu saat --amit-amit--mengalami pendarahan. Rumah sakit memang umumnya meminta pihak keluarga menyiapkan calon pendonor darah bagi ibu yang akan melahirkan jika sewaktu-waktu diperlukan saat pasokan darah di rumah sakit atau PMI tidak ada.

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang