2. "Y-ya, gak tau! Liat aja nanti."

11.8K 1.1K 55
                                    

Hai.

Saya masih ingat dulu waktu Zelian 1 beres SETELAH BERBULAN-BULAN tuh total viewnya cuma 14k. Sekarang, sekitar dua minggu setelah tamat, KENAPA VIEWS NYA UDAH HAMPIR 40K AJA WOY? 😭😭😭

Jangan lupa tinggalkan comment buat saya balas (karna gabut wkwk) dan tekan bintang 💙

Selamat menikmati :)

*****

"Jangan beli yang itu."

"Eh, kenapa? Kurvanya sedang naik, kan? Berarti untung?"

"Justru itu! Sahamnya lagi mahal banget, Dam. Lo coba geser dan bandingin itu kurva sama yang tahun kemaren. Kemungkinan, masa ini, harga saham lagi di puncaknya. Nanti kalau pas lo beli terus harganya tiba-tiba malah turun, gimana? Rugi, deh."

Damian hanya menggaruk kepalanya bingung. Ia tidak mengerti sama sekali perihal seperti ini. Jika saja Dani tidak menyuruhnya untuk belajar manajemen dan keuangan rumah sakit, Damian tidak akan mau berkutat dengan hal seperti ini. Membingungkan sekali rasanya. Ia lebih baik belajar anatomi. Bukan ekonomi dan saham semacam ini.

Zelina berbaik hati mengajarkan dasar keuangan dan manajemen kepadanya. Kali ini, sambil belajar mengenai saham rumah sakit, Zelina mengajari Damian untuk bermain saham. Ya, sekalian pria itu belajar berinvestasi juga untuk masa depan mereka.

"Nah, lo lihat. Kalau harga sahamnya naik, itu berarti perusahaanya lagi makmur. Lagi untung. Makanya, ngaruh ke harga saham di pasaran jadi mahal."

"Jadi harus beli perusahaan yang lagi rugi?"

"Ya, gak rugi banget juga. Cari yang harganya lagi murah, yang kurvanya belom naik banget. Terus yang fundamental perusahaannya juga bagus."

"Terus, kalau kita beli saham, nanti dapat untungnya dari mana?"

"Gini. Misal, nih, rumah sakit punya penghasilan 100 juta." Zelina dengan sabar menjelaskan. "Nah, 50 jutanya dipake buat bayar-bayar kebutuhan kayak gaji karyawan, pajak, listrik, dan lainnya. Nah, sisanya ada 50 juta, kan? Itu namanya keuntungan bersih rumah sakit. Biasanya, orang di manajemen itu buat perhitungan sedemikian rupa untuk bagi keuntungan. Misal, 30 juta disimpen rumah sakit untuk modal lagi. Nah, sisanya yang 20 juta dibagiin, deh, ke orang-orang yang udah beli saham sesuai dengan banyaknya lembar yang mereka punya. Namanya laba per saham. Lo bakal dapat untung dari sana."

Damian manggut-manggut dan nyengir tidak mengerti.

Zelina pun menghela napas dan menyeka dahi, "Lo emang lebih cocok belajar anatomi daripada akuntansi, Dam."

"Saya juga maunya begitu. Lagipula, sepertinya main saham ini tidak menyenangkan. Terlalu banyak risiko ruginya. Saya tidak paham kenapa orang ingin bermain nasib seperti ini."

"Karena.." Zelina menyalakan ponselnya, "Kalau lo pinter ngolah investasi, Dam, lo bisa dapet untung banyak tanpa kerja."

"Kamu main saham memangnya?" Damian bertanya, ia kembali merebahkan tubuhnya yang pegal-pegal ke ranjang rumah sakit. Tega sekali Dani masih menyuruhnya belajar ketika ia belum pulih betul.

"Gue main saham sejak dapet gaji pertama gue beberapa tahun lalu."

"Untungnya besar?"

Senyuman di bibir Zelina mengembang, ia pun memperlihatkan layar ponselnya pada Damian. Di sana, terpampang berbagai angka dan statistik yang Damian tidak mengerti. Maka, pria itu pun hanya mengernyitkan dahi bingung.

"Lo liat angka yang ini aja. Itu total keuntungan gue."

Seketika, mata pria itu membelalak. "Betulan?!"

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang