16. "Saya tidak mau dipingit."

6.3K 747 62
                                    

Selamat hari Jumat.

Tadinya mau up kemarin. Cuma, ah, gak jadi. Sibuk 40 harian. Semoga suka, deh, sama chappie ini.😌 Capek, gak, liat persiapan pernikahan mereka mulu? Wkwkw.

Selamat menikmati :)

*****

"Dami, pintar sangatlah kau pilih istri. Cantik nian. Cerdas pula."

"Dami tahu, Anduang. Zelina itu luar biasa." Pria itu tersenyum percaya diri sementara pipi Zelina memerah malu karena dihujani pujian.

"Betul. Garis wajahnya ayu sekali. Eyang doakan semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat dalam pernikahan kalian. Cepat juga beri Eyang dan Anduang cicit. Lalu, main ke Surabaya."

Zelina sempat melirik Damian sebentar sebelum tersenyum setengah hati dan mengangguk ragu pada kakek dan nenek Damian dari sisi papanya. "Aamiin. Terima kasih atas pujian dan doa baiknya, Eyang, Anduang," ujarnya sopan.

Setelah beberapa menit bercakap dengan pasangan lansia Jawa-Minang dari Surabaya itu, Zelina dan Damian pun undur diri untuk menyapa keluarga yang lain. Prosesi peningsetan/seserahan mereka telah usai. Sekitar 40 menit berlalu dipakai beramah tamah sebelum akhirnya Damian dan Zelina bisa mencuri waktu untuk istirahat sambil duduk di bangku teras berdua.

"Sudah saya bilang, kan? Kamu jangan dandan cantik-cantik." Damian pura-pura ngambek dan menggerutu. Mendengar hal itu, Zelina yang saat ini terlihat sangat anggun memakai kebaya berwarna lilac pun terkekeh pelan.

"Ya, masa gue--"

"Aku," potong Damian menekankan, membuat Zelina menghela napas. Lagi. Ini sudah kesekian kalinya pria itu mengoreksi Zelina. Oh, sepertinya, ia akan membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan diri.

"Iya. Aku. Masa aku keliatan kayak gembel di depan keluarga kamu? Malu, lah!"

Damian pun cemberut dan merajuk, "Tapi, saya cemburu. Apa kamu lihat tadi? Sepupu-sepupu saya banyak yang masih bujang. Ada yang sudah lebih mapan lagi karir kedokterannya. Kalau kamu tahu, dari tadi kuping saya panas mendengarkan mereka berbicara tentang betapa cantiknya kamu malam ini."

Hal itu adalah kenyataan. Zelina memang terlihat sangat cantik malam ini. Apalagi ketika ia tersenyum. Kulit sawo matangnya terlihat lebih bercahaya, eksotis, dan sehat dalam balutan kebaya. Rambutnya juga dicepol sederhana dan diberi hiasan bunga kristal yang menambah kesan elegan.

"Cuma karena itu? Ya ampun, Dam!" Zelina menepuk jidat dan tertawa, "Kita nikah 3 hari lagi. Ya, kali, sepupu kamu mau nikung."

Acara malam ini memang dihadiri cukup banyak orang. Selain kerabat dekat keluarga dan kawan Zelina yang memang hadir dari siang, sepupu-sepupu Damian beserta para tante dan pamannya yang berasal dari Surabaya, Kalimantan, dan Padang juga ikut berdatangan.

Itu pun belum semuanya. Sebagian lagi akan datang di hari pernikahan saja, termasuk beberapa keluarga Ali yang datang dari Aceh dan Solo. Kalau keluarga dari sisi Nina, sih, hanyalah Tante Mega dan sepupunya Raya. Mereka tinggal di satu kota dan memang sudah hadir dari tadi siang untuk membantu acara ini, lengkap bersama keluarga kecil mereka. Oh, dan jangan lupakan Alfian yang datang juga dari luar kota, seseorang yang dulu pernah membuat Damian cemburu di pernikahan Ali dan Nina. Waktu itu, Damian belum tahu kalau Alfian adalah sepupu Zelina yang notabenenya kakak dari Raya.

Malam ini, Zelina merasa jadi pengantin betulan. Ia memakai kebaya dan Damian memakai batik. Ada banyak makanan, hadiah, dekorasi, dan tamu berdatangan. Zelina dan Damian sampai kewalahan menyambut mereka semua. Aduh, tidak tahu, deh, bagaimana nasibnya saat hari H.

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang