72. "Masih ingat pulang kamu?"

5.9K 761 119
                                    

Ada yang tau kursus auditing gitu, gak? Atau barang kali paham auditing dan mau jadi tutor? Ehe. Anu, kalian kalau liat info kerjaan si Zelin gak sesuai banget di sini, dimohon bersabar, ya. Saya aja tiap ada kelas audit suka pengen nangis karena gapaham 😭 aduh.

Lama-lama pengen banting stir juga ini 😭

Ps. Kayaknya saya kualat gara-gara prank kalian. Abis jatoh di kamar mandi sampe lebam ini 🙂

Selamat menikmati :)

*****

"Bang. Cheer up! Baru wisuda, kok, cemberut gitu?"

"Lagi kangen berat sama istri dia. Bang Angga gak usah gangguin!" sahut Erika.

Damian tidak menanggapi adik-adiknya. Ia hanya menatap layar ponsel dengan sendu. Tidak ada kabar apapun tentang Zelina di sana. Namun setidaknya, Damian dapat bernapas lega karena nama istrinya tidak ada di daftar korban pesawat yang jatuh.

Melihat daftar nama penumpang yang dirilis di internet pagi ini membuat perasaan Damian campur aduk. Di satu sisi, ia sangat lega dan bersyukur karena istrinya tidak menjadi korban kecelakaan pesawat. Namun di sisi lain, itu artinya Zelina juga tidak benar-benar berniat untuk pulang sesuai janjinya. Lalu apa arti pesan kemarin? Sebatas 'penghibur' untuk Damian saja? Atau memang terjadi sesuatu dengan istrinya di Belitung?

Nurani dan ego Damian terus berperang. Masalahnya, sampai sekarang Zelina tidak ada kabar. Pria itu sangat khawatir pada istrinya. Belum lagi, kasus racun tikus itu belum selesai dan pelakunya masih belum ketahuan. Damian takut Zelina dijahati. Mimpi tadi malam juga membuat kepalanya pening.

Ya, ampun. Meskipun hanya bunga tidur, siapa juga yang tidak akan kaget ketika dihardik oleh anaknya sendiri? Apalagi, Hifza yang dikubur saat masih sebesar persik tiba-tiba datang dalam bentuk gadis kecil berwajah terang benderang. Gadis kecil yang benci pada ayahnya sendiri.

Hati Damian merasa dicabik jika mengingat mimpi itu lagi. Rasa sakit yang ia rasakan seolah nyata hingga jantungnya berdebar tak beraturan. Napasnya juga memburu tak karuan. Untunglah berita pagi ini membuat mimpi buruknya tidak terjadi.

Sekitar jam 11 siang tadi, Damian telah selesai wisuda. Gelar KBD sudah resmi menjadi miliknya. Ia kembali wisuda dengan ditemani oleh keluarga sedarahnya saja karena Zelina kemungkinan besar masih di Belitung, entah melakukan apa. Mungkin bekerja, kegiatan favoritnya sehingga perasaan suaminya saja tidak penting.

Eh, tapi kalau Zelina betulan pulang ke Bogor dan menaiki pesawat itu ... Damian bisa saja menjadi duda hari ini.

Sialan!

Damian bingung harus bagaimana. Lega dan kecewa di saat yang bersamaan bukanlah sebuah kombo yang baik. Ingin bersyukur, tapi mengganjal. Ingin kesal, tapi malah kesannya jahat sekali. Memang pria itu serba salah. Intinya, Damian ingin Zelina untuk setidaknya memberi kabar hari ini. Tidak bisakah wanita itu meluangkan waktu beberapa menit untuk suaminya sendiri?

"Makan dulu, Dam. Liat HP-nya nanti lagi," tegur Tita. Siang ini, ia telah memasak makanan spesial karena anak sulungnya baru saja lulus PPDS-2. Jika saja Zelina di sini, semuanya pasti akan terasa lebih sempurna. Apalagi, semua makanan di meja adalah favorit Damian.

"Istrimu mana?" tanya Dani. "Papa tidak lihat sejak pagi. Kerja?"

"Iya, Pa."

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang