35. "Bagaimana? Kamu sanggup?"

5.6K 629 74
                                    

Saya penasaran sama insight yang baca Zelian.

Apa remaja sekolah, kah? Orang dewasa, kah? Latar belakang medis, kah? Latar belakang akuntansi, kah? Atau lain-lain yang hanya tertarik saja, kah?

Kadang saya pengen unpublish ini cerita.

Malu soalnya haha. Tapi. Pas udah unpub, pengen repub wkwkw. Macem-macem emang maunya 😭

Oh, iya, doakan saya semoga sembuh. Belakangan ini lagi sering sakit kepala sama gak bisa napas. Duh. (tenang aja. InsyaaAllaah, saya coba tetep update konsisten, kok)

Selamat menikmati :)

*****

Happy wife, happy life.

Sepertinya, hal itu benar adanya untuk pernikahan Damian dan Zelina. Ketika Zelina hancur, maka kehidupan Damian juga terkena imbasnya. Hari-harinya menjadi lebih lambat dan membuat frustrasi. Berbagai urusan serta rutinitasnya kacau balau. Parahnya, ia sampai mendapat surat teguran saking tidak stabilnya.

Namun, lihatlah sekarang. Bulan Januari baru saja usai dan kehidupan rumah tangga mereka semakin membaik selepas pulang dari Jogjakarta. Sayangnya, Zelina langsung dihadapkan pada peak season saat ia kembali ke kantor. Hal itu membuat wanitanya super sibuk. Namun, ketika di rumah, mereka begitu harmonis.

Mereka sangat menghargai waktu bersama yang sedikit itu.

Jika terpaksa lembur dan membawa pekerjaan ke rumah, Zelina akan bergadang ditemani Damian sambil belajar atau mengerjakan tugas. Kamar mereka hanya akan diisi keheningan dan suara keyboard dari Zelina sementara Damian mendengarkan musik tanpa lirik sambil fokus pada layar iPad.

Saat waktu sudah menunjukkan pukul 1 atau 2 malam, maka Damian akan menyuruh istrinya tidur tanpa mau dibantah. Zelina yang memang sudah lelah juga hanya mengiyakan dengan pasrah. Mereka berdua akan tertidur begitu lelap sampai telat bangun di pagi hari. Jika alarm mereka biasanya jam setengah 5, maka mereka akan bangun satu jam setelahnya. Terlalu memang.

"Sayang."

"Hmm?"

"Papa suruh kamu ke rumah sakit besok," ujar Damian. Tangan kanan pria itu sibuk memegang ponsel sementara tangan kirinya memainkan rambut Zelina dengan lembut.

Zelina yang memang sedang merebahkan kepala di paha Damian mendongak, menatap wajah suaminya. "Ada apa? Tumben."

"Entahlah. Katanya ini penting."

"Kok, perasaan aku gak enak, ya?"

"Hus!" Damian terkekeh dan menjawil hidung istrinya. "Jangan buruk sangka dulu. Papa udah baik sama kamu sekarang."

"Eh, aku bukan khawatir tentang sifat papa kamu, ya. Aku bersyukur banget Papa udah mulai melunak sama aku, meskipun ... penyebabnya udah bahagia di surga." Zelina menggigit bibir ragu. "Ini rasa gak enak lainnya, Dam. Kayak ... aku bakal hadapin masalah besar."

"Besok kita akan tahu. Apapun itu, kita hadapi sama-sama."

"Kamu yakin informasi POF aku gak nyebar ke siapa-siapa, kan?"

"Eh, tidak. Dokter Erna juga tidak akan menceritakan apapun pada siapa-siapa. Sumpah profesi dokter menjamin kerahasiaan informasi pasien."

Tidak.... Zelina rasa Kirana juga tidak akan memberitahu Dani mengenai hal itu. Lantas, sekarang apa masalahnya? Mengapa Zelina tiba-tiba merasa tidak tenang?

*****

Satu lagi hari libur yang terbuang. Entah karena urusan lembur pekerjaan atau kesibukan lainnya. Kali ini, panggilan Dani yang menjadi penyebabnya. Padahal, Zelina sudah berencana untuk rebahan seharian. Tubuhnya lelah bukan main beberapa hari belakangan ini.

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang