25. "Eh? Si Wijen?"

6.1K 675 29
                                    

Lebih pilih mana?

Kisah anak kuliah kere dan dosen killer

atau

kisah si Kirana?

Selamat menikmati :)

*****

"Dam."

"Hmm?"

"Dam."

"Kenapa, Sayang?" Mulut Damian menyahut, tapi pandangan matanya masih terfokus pada halaman buku tebal mengenai bedah yang ia sedang baca. Tubuhnya juga masih dengan nyaman bersandar pada kepala ranjang. Zelina pun cemberut dan merasa jengah. Entah mengapa, semenjak mengetahui kehamilannya, Zelina semakin manja. Semakin haus akan perhatian dari suaminya.

Dengan nekat, wanita itu pun bangkit dari posisi berbaring dan menarik buku tebal tersebut dari tangan Damian. Di tengah-tengah tatapan bingung dan kaget suaminya, Zelina malah memanfaatkan momen itu untuk merangkak dan duduk di pangkuan Si Seksi. Ia pun melingkarkan lengan di tengkuk Damian sementara wajahnya tenggelam di leher pria itu. "Kalau aku panggil, kamu harus noleh," rajuknya.

Damian bingung harus merasa sebal atau gemas dengan tingkah laku istrinya. Besok pagi, ia ada ujian. Makanya, ia belajar. Aduh, tapi kalau istrinya sudah manja seperti ini, Damian malah tak tahan untuk membelainya. Dengan pasrah, pria itu pun mengusap punggung Zelina lembut sambil bertanya, "Ada apa, Sayang?"

"Kamu nikahnya sama buku. Aku dicuekin dari tadi. Aku cemburu."

"Maaf, Zel." Damian terkekeh pelan. "Besok saya ada ujian. Makanya, baca-baca."

"Eh.... Hari Sabtu pun masih ada ujian? Gak libur?"

Damian menaikkan bahu. Memang sulit untuk menyeimbangkan jadwal kuliah dan pekerjaannya di rumah sakit. Ia sampai harus ujian susulan esok hari karena kemarin tidak sempat. Pasiennya cukup banyak belakangan ini. Mana bisa Damian ujian sementara seseorang membutuhkan pertolongan dirinya?

"Maaf. Aku ganggu," gumam Zelina pelan, masih bergelayut dengan manja macam anak monyet pada indungnya.

"Tidak apa-apa. Saya masih bisa belajar. Yang penting kamu jangan banyak bergerak."

Karena saya tidak mau Si Jantan bangun, tambah Damian dalam hati. Pria itu sebetulnya sedikit cemas. Zelina sedang menduduki inti tubuhnya sekarang. Betulan saling menempel dan menekan saking intimnya. Sedikit saja Zelina bergerak-gerak, inti tubuh mereka akan bergesekan dan Damian ... akan kesulitan fokus untuk belajar.

Tak mau membuang waktu, pria itu pun kembali mengambil buku bedahnya dan melanjutkan membaca. Untuk beberapa menit, suasana sangat tenang sekali. Damian mampu membaca sekitar 3 halaman sebelum akhirnya, Zelina bersuara, "Dam."

"Hmm?" Damian masih fokus membaca sambil menjadikan lututnya sebagai penyangga buku.

"Besok, aku sama Mama mau ke Bandung."

Ucapan Zelina membuat Damian mengernyit. "Bandung? Untuk apa?"

"Mau ketemu seseorang."

"Siapa? Keluarga?"

Untuk beberapa saat, Zelina terdiam sebelum akhirnya mengangguk pelan. Wajahnya masih bersembunyi di leher Damian, di mana setiap hembusan napas lembut dari hidung Zelina membuat Damian merasa panas dingin sendiri. Karena kehamilan Zelina yang masih awal dan rentan, mereka membatasi hubungan intim hanya sebanyak 3 kali seminggu. Ya ampun, Damian sudah kehabisan jatah minggu ini. Jika kejantanannya sampai bangun, masa dia harus bermain solo?

"Kapan perginya? Saya antar, ya." Damian menawarkan. Sumpah! Ia harus mengalihkan pikirannya ke hal-hal yang lebih suci sekarang! Jangan sampai Si Jantan bangun!

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang