51. "Minum dulu."

5.4K 784 122
                                    

Allo.

Good morning☺

Pernah gak sih ketemu sama orang yang bikin feeling kalian gak enak dari awal?

Kayak ... dari awal kenalan, otak kalian tuh udah pasang alarm gitu. Like .... Nah, they're no good. Stay away. They're problematic.

Dan ternyata, feeling kalian bener. Setelah beberapa lama, orang itu betulan keliatan bermasalahnya (dalam arti negatif) 🤡

Bukan bermasalah kayak cowok/cewek wattpad, ya. Beda. Wkwk. Ini real life yang nyebelinnya tuh gak bikin pengen ketawa atau simpatik.

Anyway, selamat menikmati :)

*****

"Zel, tidak apa-apa. Saya di sini."

"Tapi, Mama sama Papa, Dam...." Zelina terisak pelan. "Mama sama Papa ninggalin aku."

"Mereka akan kembali seminggu lagi, Sayang." Damian mengusap punggung Zelina dengan lembut. Tak terasa, hari demi hari mereka lewati sehingga bulan Ramadan sudah akan menyapa akhir. Dua hari sebelum lebaran, Zelina dan Damian mengantar Nina, Ali, beserta keluarga Rafa ke bandara. Mereka mengambil penerbangan malam ke Solo.

Hal itu membuat Zelina sedih bukan main karena harus melewati lebaran pertama tanpa Nina di sisinya. Prosesi sungkem untuk lebaran dimajukan menjadi setelah buka puasa bersama tadi. Jam 9, pesawat yang ditumpangi keluarganya pun take off, meninggalkan Zelina yang menangis seperti anak kecil di mobil bersama Damian.

"Maaf, kita tidak bisa ikut ke sana."

"Kamu gak usah minta maaf! Aku jadi tambah sedih," racau Zelina yang terisak lagi. "Lagian, Mama yang gak ngebolehin aku ikut. Soalnya harus lebaran sama keluarga kamu. G-gak enak katanya."

Damian tidak tahu harus berkata apa lagi. Maka, ia pun hanya membiarkan istrinya untuk tenang dalam pelukannya. Malam sudah semakin larut, tetapi suasana bandara masih sangat ramai karena arus mudik. Setelah merasa Zelina cukup tenang, Damian pun berkata, "Apa kamu mau menginap di rumah Mama dan Papa? Biar tidak merasa kesepian di rumah kita. Ada Erika dan Erlangga yang bisa temani kamu sementara saya bekerja."

"Anabul aku boleh ikut?"

"Boleh. Mama, Erlangga, dan Erika suka kucing." Damian tersenyum dan mengecup puncak kepala Zelina. "Selain itu, beberapa sanak keluarga saya juga mulai berdatangan dari Surabaya, Pontianak, dan Padang. Kamu bisa berkenalan dengan mereka. Sebagian menginap di rumah, sebagian di hotel. Eyang dan Anduang akan datang besok."

Zelina pun menyeka sisa air matanya. "Rumah kamu rame, dong?"

"Rumah Papa yang ramai. Rumah kita, kan, sepi. Makanya, kita mengungsi." Damian nyengir. "Mau tidak?"

Sebuah anggukan kecil dari Zelina membuat mereka langsung berkemas malam itu juga, lalu bertandang ke rumah orang tua Damian jam 12 malam. Dani dan Tita sudah tertidur, maka yang membukakan pintu adalah Erlangga. Lelaki berumur 23 tahun itu terlihat sedikit kacau dengan rambut berantakkan dan kantung mata terlihat. Projek yang ditangani Erlangga kali ini memang sedikit rumit. Desain dari arsitek membuatnya harus bekerja siang dan malam untuk memastikan bahwa bangunan itu memang dapat dibangun dan kokoh. Nasib lulusan teknik sipil, pasti akan menderita karena rancangan yang dibuat oleh arsitek.

Malam itu, mereka berdua tertidur di kamar lama Damian dengan si Oyen dan Abu meringkuk di ujung kasur. Damian tidak merasa geli lagi pada anabul istrinya. Kucing-kucing itu sudah lebih besar dan gembul dari sebelumnya, makanya tidak mirip tikus. Kalau kata Damian, sih, 'gemasnya sudah keluar'. Makanya, ia tidak menghindari dari si Abu dan Oyen lagi.

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang