19. "Damian Arka!"

8.4K 735 34
                                    

Gilak. Dari kemarin saya ngakak bacain komen kalian 😭😂 80% isinya hujatan wkwk. Saking ngakaknya, mood saya yang tadinya jelek karena UAS gak becus jadi naik lagi. Sooo... Thank you so much yang udah komen 😭💙 ini chapter panjang banget 2.700 words sebagai apresiasi buat kalian.

Selamat menikmati hidup pengantin baru :)

Ps. Kalian jangan meleyot sama Damian. Dia mah fiksi 🙏😌

*****

"Kamu kenapa?"

"Hah? Kenapa apanya?"

"Kamu sering melamun daritadi." Damian yang baru keluar dari kamar mandi pun mengeringkan rambut basahnya menggunakan handuk, membuatnya terlihat sangat seksi dalam balutan kaus putih polos dan celana piyama hitam. Pundak kokoh, perut rata, dada bidang, dan lengan semi berototnya tercetak sangat jelas, membuat Zelina sempat menelan ludah sebelum menjawab, "Oh, itu...." Ia nyengir setengah hati, "Aku capek aja. Rasanya pengen hibernasi."

Padahal, dalam otaknya, Zelina sedaritadi berpikir keras mengenai perkataan Kirana. Dari mana wanita itu tahu mengenai kondisinya? Seharusnya ... hal ini hanyalah rahasia antara Zelina dan Damian. Bahkan, Nina pun tidak tahu sama sekali.

Ah, kepalanya jadi sakit.

Ia yang memang sudah mandi duluan dan memakai piyama kebesaran milik Damian pun merebahkan diri di atas kasur penuh kelopak bunga mawar. Malam ini, mereka menginap di hotel yang telah dipesan Damian jauh-jauh hari sebelum mereka berangkat untuk honeymoon betulan besok sorenya. Tak tanggung-tanggung, pria itu memesan honeymoon suite, padahal mereka hanya menginap semalam di sini.

Nah, sayangnya, karena Zelina sedang datang bulan, ia dan Damian pun tidak bisa memanfaatkan honeymoon suite ini secara maksimal. Tak ada malam pengantin bagi mereka berdua. Sialnya, koper Zelina terlanjur disabotase oleh Arin dan Erika. Piyama halalnya menghilang entah ke mana, menyisakan baju-baju tidur haram kurang bahan yang pastinya akan membuat Damian sangat bahagia.

Ya, jika saja Zelina tidak sedang datang bulan.

Kalau Zelina nekat memakai setelan itu sekarang, yang ada, Damian hanya akan tersiksa oleh libidonya sendiri. Kasihan, memang. Maka dari itu, ia pun memutuskan untuk memakai piyama kebesaran milik suaminya saja. Ternyata, rasanya sangat nyaman.

Mungkin, Zelina akan mulai memakai pakaian Damian lebih sering nanti.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam ketika Damian akhirnya bergabung dengan Zelina di ranjang. Dengan jarak yang diciptakan oleh guling dan kelopak mawar, kedua insan itu menatap langit-langit kamar dengan perasaan tak karuan. Namun, tentu saja rasa gugup mendominasi benak keduanya. Beberapa menit berlalu, pengantin baru itu masih terdiam dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Diam-diam, Zelina merutuki film dan novel romansa yang ia sempat tonton dan baca. Persetan dengan adegan-adegan romantis penuh hasrat membara yang media-media tersebut gambarkan. Tidak ada yang pernah memberitahunya bahwa malam pertama tidur seranjang dengan pasangan akan terasa sangat ... canggung.

Oh, tidak! Bagaimana jika Zelina tiba-tiba menendang Damian saat tidur? Aduh, dari lahir dia sudah bar-bar. Tidur saja bisa membuat berantakkan satu ranjang. Parah!

Karena tidak tahan dengan keheningan, Zelina yang sedaritadi meremas jari gugup pun memulai percakapan.

"Dam. Kamu udah tidur?"

"Belum. Kenapa, Sayang?"

"Ehm.... Mau pake koyo? Kaki kamu pegel, gak?"

"Eh--" Damian tidak menyangka Zelina akan menawarkan hal seperti itu. Ia akui, kakinya memang pegal bukan main setelah seharian berjam-jam menyambut tamu. Namun, koyo? Dari mana wanita itu mendapatkannya?

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang