73. "Awal. Semua. Tidak ada rahasia lagi."

6.3K 785 116
                                    

Surprise, shawtyy 😊

Seneng, deh, pada gercep vote sama comment gituu. Kan, anu. Jadi semangat hehe. (Soalnya ngerasa dihargain banget, ya, walaupun kisah ini belum ada harga moneternya 🙂 wakakak).

Lumayan ini. Kalau dijadiin pdf/cetak A5 atau A6 gitu mungkin udah 500-600 halaman kayaknya. Zelian 1 aja yang cuma 74k+ words di pdf gitu sampe 400 halaman kalau gak salah. Apalagi ini yang 100k+ words 😂 (And no, kisah Zelian masih ekslusif gretong di Wattpad dan belum diperjual belikan)

Kalau baca bertahap gini gak kerasa, ya? Semoga minat baca di Indonesia terus bertambah.

Oh, iya. Minggu depan saya UTS, jadi gak tau bakal up atau nggak. Soalnya ... Aduh, semester ini berat kawan. Gak taulah gimana nasibnya kalau gak belajar 😭

See u soon :)

*****

"M-maksud kamu apa?"

"Tidak perlu pura-pura seperti itu," cibir Damian. "Saya tahu kamu sengaja menunda untuk pulang.... Kamu setidakbetah itu ada di rumah bersama saya?"

"Dam, kamu salah paham...." Zelina bangkit dari posisinya untuk duduk.

"Salah paham apanya? Arin sampai bertanya pada saya jika kita sedang ada masalah karena kamu tiba-tiba meminta perpanjangan stay di Belitung! Kamu pikir bagaimana perasaan saya saat itu?"

Sialan! Arin sialan! Kenapa ia malah bertanya pada Damian? Siapa juga yang telah membocorkan bahwa memang Zelina yang meminta lebih lama di Belitung? Antara Farhan atau Sarah pastinya.

"Kamu ... berbohong pada saya, Zel. Kamu bilang ada hal mendadak. Ada hal penting. Kamu sibuk dan sebagainya. Kenapa harus bohong?! Apa saya tidak cukup percaya pada kamu selama ini?

"Pertama, kamu janji akan pulang saat saya wisuda. Kamu melanggarnya karena sibuk. Oke, saya maklumi. Kedua, kamu berjanji akan pulang tepat waktu. Tapi, apa? Kamu tiba-tiba bilang bahwa kamu tidak bisa pulang akibat hal mendadak. Saya masih mencoba percaya, Zel!" Damian mulai terbawa emosi.

"Apa kamu bisa bayangkan bagaimana perasaan saya ketika mendengar Arin menanyakan hal tadi? Rekan-rekanmu yang lain sudah pulang. Hanya kamu saja yang minta di sana lebih lama! Kepercayaan saya hancur! Harga diri saya sebagai suami kamu juga hancur karena orang lain kira rumah tangga kita retak! Kamu mudah sekali membohongi saya ... dan bodohnya, saya malah langsung percaya tanpa banyak bertanya. Hebat sekali kamu. Bagaimana? Senang bisa hidup tanpa saya? Senang bisa membohongi suamimu sendiri?"

"Dam, jangan bilang gitu...."

"Tapi, ini kenyataan! Satu saja kebohonganmu terungkap membuat saya tiba-tiba meragukan semua ucapanmu selama di sana, Zel! Apa kamu betul-betul sibuk atau hanya alasan saja? Apa kamu bahkan berangkat ke Belitung karena memang harus atau hanya sebagai alasan untuk menjauh dari saya saja? Mau kamu itu apa? Kamu muak pada saya? Bicara!"

"Dam! Gak gitu.... Tolong percaya. Aku emang gak bisa pulang kemarin-kemarin."

"Tapi, kamu yang meminta lebih lama di sana, Zelina! Jangan bohong!"

"Oke, emang aku yang minta perpanjangan. Tapi--"

"Akhirnya, kamu mengaku."

"Tapi, hal negatif yang kamu pikirin tentang aku itu salah! Aku gak pernah merasa muak atau dengan sengaja pengen jauh dari kamu! Gak pernah, Dam! Kamu liat?" Zelina menarik baju Damian dari balik selimut. "Aku juga kangen kamu! Aku bahkan jadi menyedihkan gini karena gak bisa peluk kamu...." Mata Zelina mulai memanas.

"Aku minta maaf karena udah bohongin kamu dan terus mengatasnamakan pekerjaan selama di sana. Tapi, aku gak sepenuhnya bohong! Aku beneran kerja di sana. Saat aku gak bisa pulang, aku beneran ngerasa bersalah. Aku juga pengen pulang. Aku kangen kamu. Aku pengen ketemu kamu. Tapi, aku gak bisa!"

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang