50. "Tidak sopan."

5.9K 748 82
                                    

Wih, udah chapter 50 aja. Kalau Zelian 1 itu ending. Lah, ini, masih jauh wkwkwk.

Bentar lagi, kok 🤭

Eh, btw, Zelian 1 ikut wattys2021, loh. Yok, yg belum spam vote di sana, spam dulu wkwk.

Anyway, jangan lupa tinggalkan dukungan dan interaksi di komen.

Sayang kalian semua 💙

Selamat menikmati :)

*****

"Semangat puasanya, Sayang."

Damian mendengus. "Tidak sopan."

"Ini namanya hukum alam." Zelina nyengir, lantas memasukkan sesendok es campur ke dalam mulutnya. Detik-detik menuju bukan puasa di hari kelima ini masih terasa begitu lambat. Jam saja baru menunjukkan pukul 5.30 ketika Zelina dengan tidak berakhlaknya makan es campur segar di depan suaminya. Makanan buka puasa juga sudah siap di meja makan. Memang berat cobaan Damian kali ini.

"Lihat saja. Kalau perut kamu keram dan badanmu pegal-pegal nanti malam, saya tidak akan usap."

"Yahh.... Kok, gitu?"

"Kamu sendiri kenapa menggoda saya seperti ini?"

"Ini namanya tes iman."

"Mengganggu orang puasa itu berdosa, Zel."

"Tapi, nyiapin makanan buat orang buka puasa juga pahala. Seimbang, deh."

"Tidak seperti itu konsepnya." Damian menepuk jidat, merasa gemas sekali pada istrinya. Aduh, ingin rasanya ia menggigit pipi Zelina dengan keras. Damian bukannya mudah tergoda oleh makanan seperti anak kecil. Hanya saja, hari ini cukup melelahkan karena ia masuk keluar ruang OK seharian. Tenggorokannya kering bukan main, minta dialiri air. Untung saja masih dapat pulang tepat waktu sebelum berbuka. Kalau tidak, bisa-bisa Zelina ngambek karena makanan yang ia sudah masak tidak dimakan.

"Oh, iya, Dam. Aku udah buat keputusan," ujar Zelina tiba-tiba. Kali ini, akhlak wanita itu sudah kembali karena ia mendorong mangkuk es campur itu menjauh.

"Keputusan apa?" Damian melirik jam, masih pukul 5.33. Ah, lama sekali!

"Soal IVF itu. Aku udah baca-baca lagi artikel tentang seluk-beluknya dan tonton testimoni beberapa orang.... Aku mutusin untuk sedikit percepat jadwal. Dari tengah taun jadi habis lebaran. Gimana? Kalau tengah taun banget, suka ada audit semesteran. Takut sibuk."

Damian terhenyak sejenak karena keputusan istrinya. Dirinya menimbang-nimbang keputusan Zelina dan kesibukannya setelah lebaran. Ia hanya takut karena sibuk kuliah dan bekerja, Zelina jadi merasa berjuang sendiri.

"Kalau ... beberapa minggu setelah lebaran tidak apa-apa? Saya ada ujian dulu."

"Berapa minggu?"

"Dua atau tiga?"

Zelina pun mengangguk-anggukan kepala dan bertopang siku pada meja. "Sama aja tengah taun kalau gitu, ya?" Ia terkekeh pelan. Lebaran saja pertengahan Mei. Dua-tiga minggu setelahnya sudah Juni.

"Maaf, Sayang. Saya hanya ... tidak mau kamu merasa kalau saya tidak serius dengan ini. Dengan kuliah, bekerja, dan ujian, waktu saya--"

"Aku ngerti," potong Zelina. "Ku denger, suntik hormonnya buat cewek suka ngamuk dan emosional. Lebih baik aku tunggu kamu gak terlalu sibuk dulu kalau gitu. Aku bakal banyak butuh pawang aku nanti." Ia nyengir, seolah hatinya tidak kecewa. Bukan, Zelina bukan kecewa pada Damian. Ia benar-benar paham keadaan mereka. Hanya saja, wajar rasanya jika sedikit kecewa saat apa yang diinginkan tak sejalan dengan realita, kan?

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang