42. "Gak.... Gak! Gue gak denger!"

6.1K 787 253
                                    

Kalian ... anu 👉🏽👈🏽 Jangan sering-sering minta double up, apalagi triple up.

Saya bukan orang baik 🙈 kalau mood lagi jelek, suka pengen sleding wkwkwk.

Terus ituloh. Taring maung kalian pada keluar wkwkwk. Makanya mood saya agak bagus hahahaha. Sedep emang bacain komen tuh.

Oh, iya, ada yang dari Surabaya atau fasih bahasa Jawa-Surabaya, kah? Urgent, mo minta tolong wkwk 👉🏽👈🏽 anu, nanti dapat spoiler.

Selamat menikmati :)

******

Hari pertama tanpa Zelina.

Zel, saya minta maaf
(not delivered)

Saya kalut kemarin, Zel
(not delivered)

Saya tidak serius dengan ucapan saya
(not delivered)

Saya mohon. Pulang
(not delivered)

Saya tidak bisa hidup tanpa kamu
(not delivered)

Damian menghela napas berat mendapati nomornya masih diblokir. Sisi lain dari kasur yang kosong membuat pria itu nelangsa. Itu sisi kasur milik Zelina. Guling yang beraromakan wanita itu adalah satu-satunya yang Damian punya untuk meredakan rasa rindu dan bersalah yang menggerogoti hatinya.

Sehari tidak bertemu atau mendapat kabar dari istrinya membuat pria itu lesu bukan main. Dirinya merasa kacau sekali. Namun, di satu sisi, ia juga tidak tahu ke mana Zelina sekarang. Wanita itu ... membencinya.

"Zel, maafkan saya...."

Hari kedua tanpa Zelina.

"Dam. Pasien yang dua jam lagi masuk OK pilih anestesi.... Woy! Jangan ngelamun! Kebiasaan, lo!" Miko menoyor pelipis Damian, membuat si empunya mengerjap.

"Eh, sorry. Tadi bilang apa?"

"Lo kalau gak fokus gak usah masuk OK. Lempar aja ke dokter lain!"

"Maaf--"

"Maaf lo gak guna kalau sampe nyawa pasien jadi taruhannya!" sergah Miko, lantas menghela napas kasar. "Lo harus profesional! Jangan bawa masalah rumah ke kerjaan! Lo mau dituntut mal praktik?"

Damian terdiam lesu. Hal itu membuat Miko menggeram frustrasi dan langsung merebut rekam medis pasien di meja kerja Damian. "Gue telepon yang lain aja. Lo harus bersihin pikiran lo dulu."

Pria itu pun menghela napas dan meraih ponselnya kembali. Nahas, belum ada pesan apa-apa dari Zelina. Memangnya, apa yang ia harapkan? Istrinya memaafkannya dengan mudah?

Cih! Ia saja jijik dengan dirinya sendiri karena berani menyinggung masalah itu.

Zel, kamu apa kabar? Apa perutmu masih sakit? Jangan makan sembarangan lagi.
(not delivered)

Kabar saya buruk sekali
(not delivered)

Saya tidak bisa berfungsi dengan baik tanpa kamu
(not delivered)

Saya memang lelaki brengsek
(not delivered)

Saya janji akan coba menjadi lebih baik
(not delivered)

Tolong, pulang :'( Saya kangen
(not delivered)

Helaan napas berat terdengar lagi. Nomornya masih diblokir.

Zelian 2: Apa yang Kurang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang