Bagian 1|| Tes

123 13 5
                                    

Bintang turun dari lantai atas, ia sudah melihat Ayah dan adiknya tengah menyantap roti di meja makan, pemandangan ini yang membuat senyum Bintang mengembang, pemandangan keluarga kecilnya yang sangat ia sayangi.

"Kak Abin," panggil Syeina Gala Kirania, Bintang lebih sering memanggilnya Nana

"Bintang, B I N T A N G," eja Bintang agar adiknya berhenti memanggil namanya saat kecil. Oh ya, mereka hanya beda satu tahun

"Nggak, bagusan juga Abin," oceh Nana tak mau kalah

Bintang hanya tersenyum lalu ia membalikkan piring yang ada di hadapannya, dan mulai mengoleskan selai kacang pada rotinya.

"Besok kamu sibuk?" tanya Bimo Sagala, Ayahnya

"Kenapa, Yah?"

"Kalo kamu nggak sibuk, Ayah minta tolong boleh?"

"Minta tolong apa, Yah?"

"Tolong, jemput keluarga Adicandra jam 5 sore di bandara."

"Mereka siapa, Yah?"

"Rekan bisnis Ayah, kamu juga pernah liat orangnya."

Bintang mencoba mengingat, siapa keluarga Adicandra? Bahkan untuk mendengarnya saja ia tidak pernah.

"Bisa?"

Bintang mengangguk, "Bisa, Yah."

Mereka melanjutkan sarapan pagi dengan hikmat, tak lupa pula ocehan Nana yang membuat suasana semakin ramai, dan Bintang sungguh sangat berterimakasih pada Nana berkat dia Ayahnya tak lagi merenung, karena sejak kepergian istrinya Bimo lebih sering diam dan tak banyak bicara.

"Nanti kamu daftar di sekolahnya Kak Bintang aja, Na," ujar Bimo pada putrinya

"Ah nggak mau, aku nggak mau di pantau kakak terus. Aku trauma tahu, Yah, dulu waktu SD Kak Abin sering banget aduin aku ke Ayah, jadi deh aku kena hukum," celotehnya sedangkan Bintang hanya menggelengkan kepala karena ulah sang adik dulu memang sangat nakal.

"Kan biar kamu ada yang jaga, Na, mau yah?" tawar Ayahnya lagi

"Nggak, Yah. Aku bisa jaga diri kok, Ayah percaya deh sama aku."

"Udah biarin aja, Yah, dia cewek strong kok," sahut Bintang, ia tahu sekolahnya bukanlah impian Nana, mungkin Nana ada tujuan lain kenapa ia tidak mau satu sekolah dengannya.

"Nah bener tuh kata Kak Abin."

Bimo hanya tersenyum, ya beginilah dirinya selalu kalah jika harus berdebat dengan anak perempuannya, beda jika ia berdebat dengan Bintang, ia pasti akan menurut dan tidak pernah membantah.

"Nanti sore kamu berangkat karate kan, Bin?" tanya Bimo

"Iya, Yah!"

"Sebenarnya Ayah nggak ada nyuruh kamu ikut itu sih, kamu kan tahu sendiri banyak jadwal les yang harus kamu ikuti, apalagi kamu udah mau naik kelas sebelas pasti kamu akan banyak ujian dan-"

"Yah, aku bisa bagi waktu kok. Ayah percaya ya?" ujar Bintang dengan lirih, ia akan selalu berbicara tenang di hadapan orang tuanya, itulah yang Almarhum Trias Kirania ajarkan padanya

"Aku berangkat dulu ya, Na kamu berangkat sama Ayah kan?"

Nana mengangguk, dengan mulutnya yang penuh roti membuat Bintang menjadi gemas, ia menyalami tangan Ayahnya, karena tangan Nana sibuk mengoles selai alhasil Bintang hanya menepuk kepala adiknya lalu pergi dari sana.

Bintang menggunakan motornya untuk berangkat sekolah, motor yang baru saja Ayahnya belikan sebulan yang lalu, karena Bintang berhasil meraih ranking satu untuk ujian kenaikan kelas, kini sekolahnya hanya menikmati hari bebas sebelum kenaikan di mulai.

Tak lama untuk sampai di sekolahnya, SMA JAKSANAGARA memang sedikit jauh tapi, apa yang dilakukan Bintang yaitu ngebut karena merasa senang akhirnya bisa merasakan motor impiannya.

Ia memarkirkan motornya, dan saat perjalanan menuju kelas betapa ramainya koridor dipenuhi dengan gerombolan murid cewek yang heboh meneriaki geng Farmon berjalan menelusuri koridor.

Bintang akui geng Farmon memang sangat terkenal, bahkan bisa dilihat dari si ketua geng Damar Arsalan bukan hanya dilihat dari kemampuan bertarungnya saja yang handal tapi wajahnya yang tampan juga membuat siswi satu sekolah ini berteriak histeris.

Bintang hanya berdiri sembari menunggu gerombolan itu bubar, ia benci keramaian bahkan telinganya sakit mendengar teriakan cewek-cewek di sepanjang koridor. Tapi, kenapa gerombolan ini semakin ramai? Ternyata geng inti Farmon itu berjalan menuju ke arahannya.

Bintang mengerutkan dahinya, melihat Damar, si ketua geng dan kedua temannya Adi dan Aron berjalan kearahnya.

"Lo yang namanya Bintang?" tanya Damar setibanya ia di hadapan Bintang

Aura dingin dan tenang itu membuat Bintang semakin bingung, bagaimana ia bisa mengetahui namanya?

"Iya, ada apa?"

"Ikut gue ke markas, lo harus lulus beberapa tes."

"Apa?" Bintang terkejut, kenapa dia harus ikut?

"Lo kan yang mau daftar jadi anggota di Farmon? Gue tahu nama lo dari Kian."

Ah iya, kenapa Bintang bisa lupa akan hal ini, dasar benar-benar memalukan.

"Iya."

"Iya apa woi," sahut Adi, anggota yang paling ramah dan berisik di Farmon

"Iya gue ikut!"

"Yaudah ayo," ajak Adi.

Mereka berjalan menuju markas, dan entahlah memangnya tes apa yang harus dilakukan untuk masuk kedalam geng? Bukannya hanya rasa ingin dan untuk gaya-gayaan saja? Itu yang biasa orang-orang lakukan ketika masuk ke dalam anggota geng sekolah.

.
.

Yuk lanjut yuk

Jangan lupa follow akun author, beri dukungan dengan vote dan komen sebanyak-banyaknya.

DUA TIPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang