Bagian 2|| FARMON

88 14 8
                                        

Bintang duduk di kursi usang yang disediakan oleh para anggota Farmon, Adi bilang ini hanya setengah dari para anggota Farmon karena sebagian dari mereka berhalangan hadir, dan di dalam ruangan yang penuh dengan kursi panjang ini hanya ada Damar, Adi, dan Aron, sedangkan anggota lainnya menunggu di depan.

Ada tiga calon yang didudukkan di kursi ini, Bintang bisa melihat cowok berambut klimis dan penampilannya yang sangat rapih sedangkan yang satunya ada cowok berkacamata dan tak lupa ia menenteng buku di tangan kanannya.

"Yak, jadi kalian yang akan kami tes seberapa yakinkah kalian masuk kedalam geng ini," ujar Adi yang berjalan mondar-mandir sembari melipat kedua lengannya, sedangkan Aron dan Damar hanya diam memperhatikan mereka.

"Gue jelasin dulu ya, kenapa geng ini dinamakan Farmon, 'Far' diambil dari kata Fire, atau api dan kita ubah menjadi Far dan untuk 'Mon' diambil dati kata Monster yang berarti kita adalah Monster Api, ada yang mau ditanyakan?" jelas Adi susah seperti guru saja

"Nggak langsung ke intinya aja?" tanya Aron dengan dingin, sifatnya hampir sama seperti Damar

"Ya kan biar mereka tahu, Ron lagian, gue keliatan cocok jadi guru kan?" tanya Adi pada Aron dengan alis naik turun, Aron memalingkan wajahnya seperti menyesal kenapa harus memilih teman aneh seperti ini.

"Stop," Damar bertindak, ia berdiri dan menghampiri tiga calon anggota itu

Adi mundur beberapa langkah ketika tempatnya diambil oleh Damar, Damar  menatap tajam cowo berkacamata yang tampak takut melihat wajah sangar Damar.

"Lo," ujar Damar, badannya yang tegap dan berisi berdiri menjulang di depan cowok itu, "Apa tujuan lo ikut geng kita?"

"Sa- say-"

"JAWAB!" bentak Damar membuat cowok berkacamata itu lebih gemetaran, "Jadi cowok itu yang tegas, buat apa lo ikut geng Farmon kalo nyali lo aja nggak ada?!"

"Sa- saya, mau mengundurkan diri aja," ujar cowok berkacamata itu lalu ia lari terbirit-birit keluar dari markas

"Lah lah?" Adi kebingungan melihat cowok itu lari ketakutan

"Biarin aja dia pergi, nggak guna!" cibir Damar, kini Damar beralih ke cowok berambut klimis yang berdiri tegap dengan wajahnya yang datar dan penuh percaya diri.

"Pake minyak bekas apa lo?"

Cowok berambut klimis itu mendongak melihat wajah Damar, "Saya tidak memakai minyak, saya memakai pomade, sekian terimakasih."

Bintang, Aron, Adi, dan Damar tertegun, baku sekali anak ini apa dia kira tengah berpidato?

Damar tersenyum miring, "Apa tujuan lo masuk ke geng kita?"

"Saya ingin menjalin silaturahmi antar sesama, membangun rasa toleran dan kerjasama tim yang kuat, serta membuktikan jika geng Farmon bukanlah geng yang mengakibatkan atau penyebab dari kerusuhan antar sekolah, terimakasih."

Prok prok prok

Damar tepuk tangan, pernyataan cowok berambut klimis itu sukses membuat dirinya terkesan, "Siapa nama lo?" tanyanya

"Perkenalkan nam-"

"Sssstt, langsung sebutin aja!" potong Adi

"Jono Ajisantoso."

"Jono, lo gue terima masuk ke geng Farmon." ujar Damar

"Bukan Jono, melainkan Santo, ibu saya lebih sering memanggil saya Santo."

"Santo lah Jono lah sama aja woi," potong Adi yang merasa sewot

"Gue peringatin lo Santo, nggak ada  pomade berlebihan di geng ini, lo muslim bukan?" tanya Damar

DUA TIPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang