Bagian 23 || Hug

24 6 1
                                        

Ica mengaduk-aduk baksonya, ia sama sekali tidak nafsu makan, ia memikirkan bagaimana bisa ia berteman dengan sepupu Darko, orang paling jahat di dunia ini.

"Ca!" panggil Hana, ia memegang tangan Ica

"Ya?"

"Kok nggak di makan? Nggak enak?" tanya Hana

"Enggak kok," jawabnya singkat

Hana melirik Gita yang masih lahap mengunyah makanannya, Hana mengangkat alis sebagai pertanda tanya ada apa dengan Ica, namun Gita hanya mengedikkan bahunya.

Ica meletakkan sendoknya kembali pada mangkuk, ia melihat sekeliling kantin yang ramai, dan saat ini tatapannya tertuju pada sosok laki-laki yang duduk dengan seorang wanita cantik di sampingnya.

Ica terdiam, karena lelaki itu juga menatap Ica dan menggelengkan kepalanya ke arah depan kantin, Ica tidak paham apa yang di maksud Bintang?

Lalu ponselnya bergetar dan ternyata ia mendapat pesan dati Bintang.

Abin

Keluar

Ica langsung menatap Bintang yang membiarkan perempuan cantik disampingnya mengobrol dengan temannya yang lain.

Ica paham, ia pamit kepada dua temannya dan kelar dari kantin. Dan benar, tak lama kemudian Bintang datang dan kini berada di hadapannya.

"Kenapa, Bin?" tanya Ica

Bintang menarik lengan Ica dan membawanya melangkah yang entah Ica tidak tahu.

Ternyata Bintang membawa Ica ke atap sekolah, entah apa tujuannya Ica pun tidak mengerti.

Ica hanya diam, membuat Bintang berfikir ada apa dengan perempuan ini? Tumben sekali dia.

"Lo di apain sama Arsa kemarin?" tanya Bintang langsung pada intinya

"Nggak di apa-apain."

"Terus, kalian ngomongin apa?"

"Nggak ngomongin apa-apa."

"Ca, jawab jujur!"

"Beneran Abin, eh maksudnya Bintang. Mas Arsa nggak ngomong apa-apa kok."

Mas? Sedekat itu? Ah, kenapa Bintang jadi kesal mendengar Ica menyebut Arsa dengan kata Mas, padahal ia tak peduli dan itu terserah dia.

Ica memandangi langit dengan wajah datar, ia menatap kosong awan putih yang sangat cerah hari ini.

"Lo kenapa?" tanya Bintang

"Nggak pa-pa," jawab Ica yabg masih menatap langit

"Nggak biasanya," ujar Bintang sambil menatap wajah Ica yang lesu

Seketika Ica menatap Bintang, membuat Bintang mengalihkan pandangannya.

"Boleh Ica peluk Bintang?" tanya Ica

Bintang kebingungan, kenapa tiba-tiba?

"Hah? Lo?"

Grep

Ica memeluk tubuh Bintang secara tiba-tiba, ia menangis di dada bidang milik Bintang.

"Bintang keluar dari geng itu ya? Ica mau Bintang keluar dari geng Farmon," ucap Ica sambil menangis

Bintang melepas pelukan gadi ls itu, "Apa urusannya sama lo?"

"Rasa sakit kita datang, Bin. Rasa sakit yang buat Bintang lupa sama Ica dan rasa sakit yang memisahkan kita," ungkap Ica masih dengan air matanya

DUA TIPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang