Bagian 13|| Perkelahian

28 4 0
                                    

Hari yang menyebalkan, Ica berkali-kali mengumpat dalam hati saat melihat kakak kelas yang terus menyuruhnya untuk berjalan jongkok memutari lapangan. Yah, dirinya tadi melanggar peraturan saat apel pagi. Karena Ica merasa lelah jadi ia jongkok namun aksinya dilihat oleh kakak kelas hingga dirinya diminta untuk melakukan hukuman karena telah melanggar peraturan.

Ica menunduk, kenapa cuaca juga ikut menyiksanya? Matahari yang sangat terik ini membuat kepala Ica menjadi panas dan tenggorokannya kering karena haus.

"Heh! Kenapa berhenti? Masih tiga putaran lagi?!"

Ica mengusap keringat di pelipisnya, ia benar-benar sudah tidak kuat dan ingin cepat-cepat masuk ke kelas, tapi ia baru melakukan dua putaran.

Ia melihat sekelilingnya, ternyata bukan cuma dia yang di hukum ada tiga laki-laki dan dua perempuan lainnya. Kan, memang apel yang sangat menyiksa jadi semua orang kelelahan.

"Heh! Ngapain malah diem?"

Ica menatap kakak itu dengan malas, lagi-lagi dia, lagi-lagi dia.

"Tapi aku udah capek, kak. Aku mau istirahat," keluh Ica

"Nggak! Siapa suruh kamu melanggar peraturan?! Sekarang kamu menyesal kan tidak ikut permainan di kelas?"

Ah iya benar, lagian di kelas juga hanya bermain lalu dihukum. Sama saja di hukum dan di permalukan lebih baik menuruti apa kata Kak Vina ini. Lalu kembali ke kelas sudah tinggal istirahat.

Ica terus mencoba untuk jalan jongkok, meski kakinya terasa seperti ingin patah.

Akhirnya, setelah hampir tiga puluh menit ia berhasil menyelesaikan hukuman, sekarang ia tengah meneguk air mineral sambil berteduh di bangku samping lapangan, sambil menikmati angin yang meniup dedaunan lalu menyentuh pipi Ica yang terasa panas, dasar kakak kelas gila. Suka sekali ia menghukum Ica, sepertinya dia punya dendam tersendiri.

Setelah dirasa cukup segar dan hilang rasa lelahnya, kini Ica melangkah menuju kelas dan semoga di kelas sudah tak ad lagi permainan. Jadi, dia sampai kelas hanya untuk beristirahat.

Ketika langkahnya sudah dekat di depan kelas tiba-tiba ada perempuan dengan wajah panik dan ketakutan, ia berhenti berlari ketika berpapasan dengan Ica, dan Ica merasa kebingungan, ada apa?

"Kenap-"

"Ikut gue!" ucapnya sambil menarik lengan Ica

Ica yang mencoba melepas cekalan tangan perempuan itu namun, ia semakin diseret dan pada akhirnya ikut berlari.

"Ada apa sih? Ngapain lari?" tanya Ica pada perempuan itu, dan sudah pasti Ica mengingat wajahnya ternyata dia adalah Gita.

"Pokoknya gue, lo. Dalam bahaya. Cepetan!"

Gita semakin menambah kecepatan berlarinya, mereka berlari tak tentu arah sampai di belakang sekolah mereka terhenti. Sial disini tak ada jalan.

Gita tampak kebingungan, gelisah dan panik. Ica bisa melihat satu perempuan yang masih berlari sepertinya dia yang mengejar Gita, dia tampak hampir sampai karena kelelahan jadi larinya melambat.

"Duh, kemana lagi ya?" gumam Gita sambil mengacak rambutnya sambil celingukan

Ica jadi ikutan panik, padahal dia tidak tahu apa yang terjadi. Namun, ketika Gita menyeretnya mungkin sesuatu harus di hindari.

Ica melihat sekeliling memang hanya ada kamar mandi, dan itu kamar mandi cowok tidak mungkin mereka masuk ke situ dan pada akhirnya Jca seperti melihat celah yang terletak di belakang tembok sekolah pas.

"Disana, ayo cepetan!" tunjuk Ica, sambil menyeret tangan Gita

"Woi! Mau kemana lo?!" teriak perempuan yang mengejar mereka, dan pada akhirnya diapun ikut masuk ke celah tembok itu. Sepertinya ini tempat untuk para pembolos.

DUA TIPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang