Bagian 32|| Mimpi

13 5 8
                                    

Bintang mengusak rambutnya dengan handuk, ia baru saja selesai mandi dan kini ia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ayahnya, hanya cuek melihat Bintang mengalami gangguan kecemasan, ia hanya datang ke kamar menanyakan apakah sudah lebih baik? Dan setelah itu pergi.

Tidak seperti Bunda, yang akan menemani Bintang dan memastikannya baik-baik saja, keduanya memiliki cara tersendiri untuk memberikan dukungan untuk anaknya.

Tok tok tok

Bintang menoleh, ia tak menjawab. Barangkali itu bibi ingin mengantarkan makanan, Bintang enggan memakannya.

"Kak Abin!"

Oh Nana, ketika mengetahui bahwa itu adiknya dengan segera Bintang tersenyum dan duduk, "Masuk, Na!"

Nana membuka pintu dan membawa nampan yang berisikan makanan. Bintang langsung menoleh tak suka, ia benci makan hari ini.

Nana menaruh nampan itu di atas meja belajar Bintang dan tidak mengatakan apapun ia langsung pergi dari sana.

"Na! Kenapa di tinggal?" tanya Bintang

"Itu dari pacar kakak, namanya Kian kan? Aku nggak bohong tadi dia kesini sama temennya namannya Vina. Di makan kak! Biasanya kan orang-orang kalau dari pacar langsung semangat," ujarnya tanpa menatap Bintang

Bintang memang terkejut kalau tadi Kian kemari, namun ada yang membuatnya merasa aneh melihat adiknya yang cuek dan acuh.

"Na! Sini!" pinta Bintang pada adiknya

"Aku banyak tugas, kalau nggak dimakan nggak pa-pa, bukan aku juga yang sakit nantinya."

"Na!"

Nana masih terdiam dan enggan menatap kakaknya, ia lebih memilih menatap pintu kamar. Akhirnya, Bintang berdiri dan menarik bahu adiknya agar bisa melihat wajah Nana.

"Na?"

Iya, Nana menangis dan ia tak mau Bintang melihatnya. Kini tangis Nana pecah saat melihat wajah Bintang di hadapannya, padahal ia sudah berusaha keras untuk menahan air matanya tapi entah kenapa air mata ini jatuh dengan sendirinya.

Bintang langsung memeluk adiknya itu, "Kenapa?"

"Kak, aku mau berbagi rasa sakit sama kakak, aku sering ngeluh ini ngeluh itu ke kakak dan kakak sabar, tapi kenapa kakak enggak? Kenapa kakak nggak berbagi rasa sakit sama aku? Kak, aku ini adikmu!" ujar Nana dengan air mata yang terus mengalir

Bintang terdiam, sebelum akhirnya ia meraih tubuh Nana dan di bawanya ke dalam rengkuhannya.

"Kamu nggak perlu merasakan rasa sakit kakak, karena kehadiran kamu adalah kekuatan buat kakak. Jangan ngerasa bersalah, ini semua nggak ada hubungannya sama kamu!" 

Nana memeluk erat tubuh Bintang, "Tapi aku nggak mau kakak terluka."

"Kakak nggak terluka, kakak udah sembuh kalau lihat kamu ada di samping kakak."

Nana melepas pelukannya, ditatapnya mata datu milik Bintang yang sangat persis seperti mata ibundanya.

"Bunda pasti rindu kakak, dia pasti pengen liat wajah anak kesayangannya."

Bintang tersenyum lalu mengusak rambut Nana, "Bunda pasti lebih rindu kamu, apalagi ocehanmu."

"Iih apaan si kak!" ucap Nana ngambek

Bintang tertawa melihat wajah adiknya yang kesal, lalu ia teringat sesuatu, "Na!"

"Ya?"

"Boleh pinjam album foto kita?" tanya  Bintang

DUA TIPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang