Bagian 8|| Mimpi

47 6 0
                                        

Bintang memandangi perempuan yang tengah menuliskan sesuatu di secarik kertas, ia melihat begitu manisnya senyum perempuan ini, sebenarnya Bintang ingin melihat senyum ini untuk dirinya saja. Namun, ada banyak orang di luar sana juga ikut mengagumi senyummu, Kian.

"Nih," katanya sambil menunjukkan gambar Bintang dan awan yang menyatu

"Apa ini?" tanya Bintang pada Kian

"Kiana itu suka awan, dan nama kamu Bintang, ini adalah kita yang menyatu, Bin," beritahunya

Bintang memandangi gambar yang tergores langit malam yang diselimuti awan gelap serta bintang yang ada di dalam balutan awan yang gelap itu.

"Bukannya kalau malam awan itu, tidak terlihat, ya?" gumam Bintang

"Hihh jadi kamu nggak mau bersatu sama aku?" rengek Kian

Bintang tersenyum lalu mengusak rambut gadis itu, "Untuk apa juga per-andaian kaya gini? Toh, aku juga akan tetap sama kamu walaupun kamu bukan awan."

Kian mengulum senyum sambil sesekali melepas tangan Bintang yang masih ada di atas kepalanya.

"Woi! Pacaran mulu!" tegur Vina  yang kini berdiri di depan mereka

"Kenapa? Kan kita udah resmi jadian," ujar Kian dengan semangat, ia bahkan menggenggam erat tangan Bintang seolah sedang pamer pada Vina

"Diih," sewot Vina, "Lo di panggil tuh! Katanya ada rapat buat penerimaan siswa baru besok."

"Oh iya."

"Dasar pelupa, masih untung gue ingetin!"

"Kalo boleh tahu, disuruh siapa lo?"

"Damar, emang dia masih ikut OSIS ya? Bukannya semenjak pp-" ucapan Vina terhenti ketika telapak tangan Kian membungkam mulutnya.

"Oh Kak Damar ya yang nyuruh, yaudah gue ke ruang OSIS aja deh langsung. Lo ikut ya, Vin?"

"Iih lo apaan si, lagian jadwal rapat gue kan abis istirahat kedua-"

"Udah ayo!" Kian menarik lengan Vina dan membawanya pergi dar dalam kelas.

Bintang hanya terdiam melihat keduanya, jadilah dia sendiri di kelas.
Oh iya, Bintang sudah kelas sebelas dan besok siswa baru mulai masuk ke sekolah.

Bintang itu tidak memiliki teman selain Kian, Kian adalah sosok yang datang dari awal masuk sekolah. Bukan, bukan berarti Bintang tidak berteman dengan laki-laki tapi ia hanya sebatas kenal dan tahu saja sedangkan waktunya dihabiskan bermain bersama Kian.

Bintang juga merasa aneh, bagaimana mungkin seorang teman yang ia sayangi kini menjadi kekasih yang bahkan Bintang tidak pernah menduga prosesnya akan secepat ini.

"Bintang," panggil Dian, teman sekelasnya

Bintang menoleh sambil memandangi perempuan yang mendekat ke arahnya, "Ada apa?"

"Di panggil Adi, katanya suruh ke markas."

"Oh, iya."

Bintang bergegas ke markas, ia hampir saja lupa jika dirinya ikut dalam geng ini. Tapi, Bintang rasa di dalam geng itu ia tidak menjadi dirinya sendiri. Dia bukan seseorang yang suka ikut campur urusan orang termasuk saling menyerang, atau bertarung dan pasti ini yang akan di bahas di dalam markas tadi.

Bintang memasuki markas dan sudah ada banyak sekali anggota Farmon yang sudah berkumpul.

"Dari mana aja lo?" sinis Adi kepada Bintang yang baru saja duduk

"Kelas," jawabnya singkat

Semua mata tertuju pada Aron, tangan kanan Damar yang entah ada kesibukan apa sehingga sang ketua Damar tidak ikut rapat, yang katanya penting.

DUA TIPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang