Bagian 49 || Kasus Pencurian

10 4 1
                                    

Ica melangkah setengah ketakutan, karena setiap jalan yang mereka lalui dipenuhi oleh tatapan tak suka dari perempuan-perempuan ini.

"Mau kemana sih kak?" tanya Ica takut-takut, karena mau seperhatian apapun wajah Damar tampak menyeramkan

"Ikut gue sebentar," jawab Damar singkat

Sebentar katanya? Mungkin itu bagi Damar, Ica sama sekali tidak merasakan sebentar yang dimaksud karena kakinya sangat sakit mengikuti langkah Damar yang cepat dan sulit diimbangi itu.

Sampai pada parkiran sekolah mereka Ica dan Damar melewati segerombolan anggota OSIS yang tentunya ada Kian disana, Ica menunduk dalam-dalam saat Kian memandanginya penuh dengan tatapan tak suka, begitupula Vina sahabatnya yang memandang Ica penuh dengan kebencian, namun entah apa yang dilakukan Damar kini ia merangkul bahu Ica dan membawanya berjalan beriringan.

Seketika itu Ica semakin kikuk, ia sudah menduga hidupnya tidak lagi tenang, dan semuanya bertambah ketika Damar berulah.

Ternyata Damar membawanya ke parkiran sekolah, ada beberapa anggota Farmon yang sudah menunggu dan mereka langsung menatap Ica.

Ica yang tahu apa-apa hanya diam dan memandang wajah Damar, bertanya apa?

"Lo kenal Darko?" tanya salah satu anggota Farmon

Ica membulatkan matanya, ya terus apa urusannya, lagipula Darko sudah tidak lagi ada dalam hidupnya.

"Iya," jawabnya lirih

"Lo tahu rumahnya dimana?"

Ica menggeleng

Darko menepuk bahu Ica, "Gue minta tolong, ini hal penting yang perlu gue bicarain sama dia."

"Aku nggak tahu, aku cuma kenal udah itu aja."

Darko semakin mendekat dan menelisik wajah Ica yang sedikit ketakutan, "Lo pasti tahu sesuatu, keluarganya mungkin? Atau orang terdekatnya?"

"Aku nggak tahu."

"Udah di bilang, ini masalah penting lo tinggal jawab apa susahnya?!" bentak salah satu anggota Farmon yang membuat Damar mengacungkan jarinya sebagai isyarat agar dia diam

"Kalo lo ngomong keras gitu, yang ada dia ketakutan!" ujar Damar pada temannya

"Ca, sebenarnya Darko itu udah ambil motor salah satu dari kita, dan harga motor itu nggak murah. Dan bendahara geng kita berhasil dirampok sama dia, hampir tiga puluh juta kas kita diambil sama Darko. Lo ada informasi dia dimana sekarang? Gue denger-denger lo dulu satu sekolah sama dia."

Ica mematung, ia sedikit tak menyangka Darko melakukan hal itu, ya memang benar sifat jahatnya masih ada dalam dirinya tapi Ica pikir tidak akan sejauh itu. Dan bukannya Darko baru saja kehilangan ibunya, tapi..

"Ca?"

"Dia pergi, orang tuanya baru aja meninggal dan dia memutuskan buat jadi nelayan. Aku nggak tahu masalah kalian yang aku tahu cuma itu," jawab Ica gemetaran

Tampak wajah amarah dari semua anggota Farmon termasuk Damar, salah satu anggota bahkan meninju tiang dengan tangannya. Sepertinya dia yang kehilangan motor itu.

"Emang bener-bener anj*ng tu orang!"

"Bangs*t"

Maki mereka penuh dengan amarah, Damar yang sepertinya sama seperti mereka namun ia menahan emosinya mengingat ada Ica disini ia dengan segera meminta Ica pergi, agar tak semakin mendengar kata umpatan dari teman-temannya yang mungkin mengganggunya.

Ica dengan cepat berlari dari sana, ia cepat-cepat menghilangkan ingatannya tentang Darko dan juga kata umpatan yang keluar dari mulut anggota Farmon, Ica begitu ketakutan karena baru kali ini ia melihat orang semarah itu.

DUA TIPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang