Bagian 15|| Teman Perempuan

20 6 0
                                    

Bintang berjalan menyusuri koridor yang sangat sepi, benar kegiatan belajar mengajar tengah berlangsung. Jadi, wajar saja suasananya sepi.

Kini langkahnya membawa Bintang menuju UKS untuk mengembalikan kotak P3K, namun saat melewati toilet perempuan ia berpapasan dengan Kian yang baru saja keluar dari toilet.

"Loh Bintang. Kamu habis dari mana? Udah masuk loh dari tadi," ujarnya pada Bintang

Bintang menggerakkan tangannya, ia lupa menyembunyikan kotak P3K ini, jika Kian bertanya ini untuk apa? Lalu apa yang harus dia jawab?

"Ee ini-"

"Itu apa?" tanya Kian sambil meneliti tangan Bintang, "P3K, siapa yang sakit?"

"Itu tadi ada orang yang berantem," jawabnya

"Siapa? Teman kamu? Lukanya parah?"

Haduh, kenapa Kian banyak tanya seperti ini? Kalau dia jawab Ica bagaimana reaksinya? Apakah akan marah?

"Bintang!"

Bintang tersenyum lalu merangkul bahu Kian, "Kita ke kelas ya, aku balikin ini sebentar ke UKS."

"Tapi kamu bekum jawab pertanyaan aku?"

"Ada temanku mereka berantem, nggak parah ko lukanya."

"Siapa? Laki-laki? Perempuan?"

"Perempuan."

Kian menghentikan langkahnya begitupula Bintang, kini Bintang takut Kian akan marah dan memusuhinya. Sungguh jika Kian marah ia tidak tahu caranya membujuk dan ia juga takut kepercayaan Kian yang diberikan untuknya hancur.

"Wah beneran kamu punya teman perempuan? Siapa? Kok nggak di kenalin ke aku?" tanya Kian dengan sumringah, tidak ada raut marah sedikitpun. Jadi, dugaan Bintang salah?

Bintang sedikit menggaruk tengkuknya, "Ada, nanti aku kenalin ya?!"

"Kapan?!"

"Nanti," ujar Bintang sambil kembali merangkul bahu Kian agar kembali berjalan

"Kan aku mau deket sama teman-teman kamu, kenalin ya. Pliis!"

"Iya Kiana, nanti aku kenalkan."

"Janji?!"

"Hm."

"Kok hm doang?"

"Iya janji sayang."

"Makasih Gala."

"Apa?"

"Maaf ya, aku panggil kamu Gala aja boleh?"

"Nggak lah Kiana, itu nama papa-ku bisa-bisanya kamu samain."

"Ya nggak pa-pa kan papa kamu nggak disini. Ya?"

"Iya terserah kamu saja, Kian."

***

Sudah mendekati hari dimana kegiatan belajar mengajar akan di mulai, Ica terlihat tengah mengusap kacamatanya. Lalu ia pakai dan mencoba melihat ke arah white board.

"Ah, kayaknya minus aku nambah," keluhnya lalu ia melepas kacamata itu

Benar, kini dirinya sudah duduk di bangku ke tiga. Karena disini menggunakan satu orang satu bangku jadi tidak ada kesempatan untuk bisa di depan bersama teman.

Ia memasukkan kembali kacamatanya, namun ada satu batang coklat yang mendarat di mejanya dengan segera Ica mendongak dan melihat kearah cowok yang baru saja memberikannya coklat.

"Buat aku?" tanya Ica sambil mendongak

Lelaki itu tersenyum lalu sedikit membungkuk, "Imut banget sih, boleh culik nggak?"

DUA TIPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang