"Sekarang udah mendingan? Perlu Ika ke Jakarta besok? Kamu nggak kenapa-kenapa kan, Ca?"
"Enggak Ka, aku udah mendingan, Ika nggak perlu ke Jakarta, kan urusan Ika masih banyak di Bali."
Terdengar suara helaan nafas lega di seberang telepon, "Syukurlah kalo kamu udah baikan, maaf ya Ika nggak bisa angkat telfon kamu, padahal kamu lagi butuh banget. Sekarang Ika akan jaga-jaga supaya bisa angkat telfon kamu kapanpun."
Ica tersenyum mendengar psikolog pribadinya ngomel, bahkan obrolan mereka berdua sudah layaknya adik kakak bukan pasien dan dokter.
"Kamu masih belajar?"
Ica memudarkan senyumannya lalu menatap keluar jendela, "Enggak."
"Kenapa?" tanya Ika lembut
"Eng-"
"Jangan pikir Ika nggak tahu, jawab jujur Ca!"
"Aku lagi nunggu Abin, dia katanya mau kesini."
"Jangan ditunggu terlalu lama ingat tubuh kamu butuh istirahat, belum tentu dia datang, memang janjinya jam berapa?"
"Dia nggak janji."
"Nah, janji aja kadang nggak di tepati apalagi engga."
"Semudah itu ya, ninggalin aku?"
"Engga gitu Ca, mungkin ada hal yang buat dia nggak bisa datang."
Ica mengangguk dan mencoba memaklumi kenapa hampir tengah malam seperti ini Bintang belum juga datang.
"Ca? Tidur ya!"
"Iya Ka, Ika juga."
"Oke, night."
"Night Ika."
Sambungan terputus, kini Ica menutup korden jendela yang sedari tadi terbuka, karena tengah menunggu seseorang jadi Ica memantaunya dari jendela.
Ia membuka ponsel dan mengirim beberapa pesan untuk Bintang namun tak ada balasan satupun. Sudahlah mungkin Bintang tidak bisa meninggalkan les nya atau mungkin ada kesibukan lainnya.
Ica menuju tempat tidurnya dan mulai menarik selimut untuk tidur, namun kini tampak pintu terbuka dan Ica tidak jadi tidur.
"Papah!" panggil Ica semangat, benar ayahnya baru saja pulang dinas karena kemarin hanya ibunya yang pulang
"Eh kok belum tidur, udah tengah malem," ujarnya sambil menerima pelukan anaknya yang mungil ini.
"Belum pah, papah juga belum tidur."
"Iya, tadi masih ada kerjaan sedikit."
"Sedikitnya papah itu seberapa sih? Dulu juga kalo aku tanya papah hari libur kerja? Nanti papah jawab iya sedikit, tapi seminggu nggak pulang."
Laki-laki bermarga Adicandra itu tersenyum melihat anak gadisnya yang mengomel seperti anak kecil, lalu ia mengusap kepala anaknya dan membawanya ke pelukannya, "Papah harus tanggung jawab sama apa yang papah mulai."
"Emang papah mulai apa?"
"Dulu, sebelum papah sesibuk ini, papah pernah bilang nggak akan nyerah selama pekerjaan itu adalah hal yang papah suka. Jadi usaha papah yang sekarang meluas yang awalnya nggak ada apa-apanya harus papah jalani karena ini adalah hasil kerja keras papah," jelasnya, mereka tidak melepas pelukannya
"Jadi, semuanya berawal dari ucapan ya pah?" tanya Ica dengan tatapan polos, matanya yang bersinar karena hanya mendapat sedikit cahaya lampu semakin membuatnya tampak lugu
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA TIPE
Teen FictionBintang Gala Pratama terus dibayangi masa lalu yang menyedihkan, ketika ia mencoba mengambil tindakan untuk pergi dan melupakan masa lalunya, ia bertemu dengan Kiana gadis cantik yang siap menemaninya. Namun, Bintang jatuh hati akan kebaikan Kiana d...