Bagian 21||Khawatir

21 6 5
                                    

Bintang sedari tadi tak fokus mendengarkan rapat dan entah apa yang di bahas ia sama sekali tak memperhatikannya.

"Bintang!" tegur Damar dari kursinya

Bintang mendongak, menatap sang ketua yang tengah duduk sambil menyilakan kakinya.

"Keluar!"

Bintang menurut, bahkan ia tak mengatakan satu katapun saat di usir dari markas yang menyebalkan itu. Semua anggota Farmon heran melihat Bintang bertindak semaunya saja, bahkan bisa di katakan ia tidak takut sama sekali dengan Damar yang di segani semua orang ini.

Bintang berjalan menuju sekolah, saat ia sampai di pintu belakang ia mendengar dua perempuan sedang membicarakan sesuatu yang mengalihkan perhatiannya.

"Lo udah tanya Ica kemana?"

"Nggak tahu dia cuma izin. Udah itu doang."

"Harusnya lo tanya lebih detail dong."

"Ya gimana mau tanya lebih detail, orang hp-nya aja nggak bisa dihubungi lagi."

Bintang menghampiri kedua perempuan itu, lalu berdiri di sampingnya.

"Permisi."

Kedua perempuan itu menoleh, perempuan berbando dan perempuan berkucir kuda.

"Kalian temannya Ica?" tanya Bintang pada mereka

Hana dan Gita terdiam melihat sosok Bintang yang asing dan tampak dingin ini mengajak mereka berbicara.

"Iya gue temannya," jawab Gita

"Gue juga," sahut Hana

"Dia dimana?" tanya Bintang pada mereka berdua

"Dia bilang mau izin dan minta tolong ke kita buatin surat, lo? Bintang bukan sih?"

Bintang terdiam, jadi benar Arsa melakukannya sekarang.

"Iya gue Bintang, thank's infonya."

Bintang berlalu meninggalkan kedua perempuan itu, salah satu dari mereka bertanya siapa Bintang dan salah satu perempuan itu menjawab dia adalah laki-laki yang membuat Ica menangis kemarin.

Bintang menempelkan benda pipih itu pada telinganya, ia berkali-kali menghubungi Arsa namun sama sekali tak di angkat. Apa dia sengaja?

"BINTANG!"

suara teriakan itu membuat langkah Bintang terhenti, ia menoleh dan ada Damar dan antek-anteknya berdiri sambil menatapnya tajam.

"Ada-"

"ADA APA? MASIH BISA LO NANYA GITU?!" bentak Adi dengn suara berat yang ia sengaja buat-buat agar seperti Damar

"Balik ke markas. Besok hari penyerangan," ujar Damar dengan dingin

"Sorry, tapi gue ada urusan."

"Silahkan keluar dari Farmon!" ungkap Arion santai

Bintang terdiam, ada sesuatu yang harus ia selesaikan. Dia tidak boleh keluar begitu saja, mengingat bagaimana perjuangan Kian untuk dirinya agar masuk ke dalam geng itu.

"Gue cuma ada urusan sebentar," ujar Bintang

Damar berlalu dan diikuti antek-anteknya, tak mengatakan satu patah katapun. Pertanda ia tak peduli apa reaksi Bintang.

Bintang yang tahu dirinya tengah terpojokkan kini sadar, ia mengikuti langkah mereka untuk kembali ke markas.

Jujur, ia khawatir pasal Ica, ia khawatir Arsa akan mengatakan segalanya tentang dirinya yang tak ia ingat di masa lalu bersama Ica.

Tapi, mungkin Arsa tengah menyiapkan sesuatu untuk dirinya.

.
.

Jangan lupa follow akun author ya🤗

Follow sosial media author
Ig : @p.velisa0811
Twiter : @KhairaVelisa
Fb : Putri Velisa

Terimakasih sudah membaca Dua Tipe, nantikan chapter selanjutnya yaaa 😍😉

Jangan lupa share ke teman-teman kalian yaa, fyi besok chapternya lebih panjang dari ini.

Selamat malam, selamat istirahat.
Jangan lupa bahagia

_🐭_


DUA TIPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang