"Icaaa!" panggil Hana
"Ya?" jawab Ica yang masih sibuk merapihkan buku karena mereka baru saja selesai pelajaran
"Gimana? Fotonya udah di tunjukkin ke Bintang? Biar mereka putus gitu."
"Aku rasa itu urusan mereka, Han. Aku nggak ada hak untuk membongkar dan ikut campur."
Hana melipat kedua tangannya di atas dada, "Lo tuh-"
"Han, udah ya? Aku capek."
Hana langsung menatap Ica dengan intens, "Lo capek ngapain?"
"Ya pokoknya capek, udah ya."
Hana memilih diam saat Ica berjalan melewatinya, Hana melirik Gita, tadinya ia akan menghampiri dan minta maaf namun, sepertinya Gita ada urusan, dia terlihat gugup dan panik.
Entah kenapa hari ini mood Ica tidak mendukung, ia enggan berbicara dengan siapapun tapi dia juga tidak mau kesepian. Ya begitulah suasana hati yang buruk.
Kini Ica berjalan melewati koridor, mungkin ada beberapa hal yang harus ia pikirkan mulai sekarang. Karena menurut Arsa Ica harus bisa menyelesaikan masalah di masa lalu, tapi apa? Apa yang harus Ica lakukan untuk menyelesaikan, jangankan menyelesaikan memulai saja enggan.
Brukk
"Eh maaf!" ujar seorang perempuan yang tidak sengaja menabrak Ica
Ica hanya terdiam ketika melihat perempuan itu, cantik, anggun, bisa di bilang dia itu bidadari tanpa sayap.
"Kamu nggak pa-pa?"
"Aku nggak pa-pa kok, permisi ya kak," ujar Ica lalu ia hendak pergi dari sana, namun lengannya di cekal oleh Kian
"Kamu mau kemana? Sendiri aja? Mau nggak temenin aku ke kantin, hari ini Vina kumpul OSIS jadinya aku sendiri deh."
"Emm, enggak deh Kak, aku mau-"
"Kemana?" potong Kian
"Ke-"
"Ikut ya? Sekali-kali aja!" bujuk Kian
Entahlah, apa mungkin karena suasana hatinya yang buruk atau bagaimana Ica malah mengangguk padahal sebenarnya ia malas.
"Yeayy!" ujar Kian girang
Ica hanya diam menunduk, padahal ia tak pernah sekalipun merasa asing jika bersama Gita dan Hana, tapi ini bukan asing lagi bahkan tak nyaman.
Sesampainya di kantin Ica bisa melihat Kian yang celingukan, seperti tengah mencari seseorang di tengah keramaian.
"Oh itu dia," ujar Kian lalu langsung menggandeng lengan Ica, "hayukk!"
Ica hanya menurut, ia tak tahu siapa yang Kian cari, yang jelas ia akan bertemu seseorang bukan? Tapi, kenapa dia bilang dia sendirian? Kesepian? Aneh.
"Lama nggak, Bin?"
Tubuh Ica terdiam kaku, iya dia Bintang yang tengah duduk di meja makan, mungkin dia menunggu Kian.
Hati Ica rasanya perih melihat Bintang tertawa dan bahagia melihat kedatangan Kian, ia memukul dadanya berkali-kali, mencoba menetralkan nafasnya yang entah tiba-tiba saja sesak.
"Ca, sini!" pinta Kian
Bintang menoleh, iya dia pun sama terkejut, ia terdiam dan tidak mengeluarkan tawanya lagi ketika melihat Ica.
Ica berjalan perlahan meski sebenarnya ia tak mau berada disini, ia tak mau melihat rasa sakit yang mungkin ia tak berhak dan tak pantas untuk menyebut bahwa Bintang adalah miliknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DUA TIPE
Novela JuvenilBintang Gala Pratama terus dibayangi masa lalu yang menyedihkan, ketika ia mencoba mengambil tindakan untuk pergi dan melupakan masa lalunya, ia bertemu dengan Kiana gadis cantik yang siap menemaninya. Namun, Bintang jatuh hati akan kebaikan Kiana d...