Bagian 4|| Sekolah yang sama

62 9 0
                                    

Bintang memandangi langit sore dengan tatapan nanar, dirinya tengah memikirkan bagaimana sikap Kian padanya hari ini, setelah Nana berteriak jika ia pernah mencintai wanita bernama Ica, aneh. Bahkan untuk mengingat nama itu saja Bintang kesulitan.

Kian masih baik padanya, ia terus mengulas senyum manisnya untuk Bintang. Lihat? Bagaimana Bintang tidak semakin jatuh hati pada Kian? Tapi, apakah Kian bersungguh-sungguh mencintainya?

"Ah," keluh Bintang, ia memikirkannya terlalu keras, sehingga ia lupa jika dirinya tengah menunggu keluarga Adicandra di bandara.

Bintang kembali fokus melihat foto yang dikirim Ayahnya, dia bilang sosok lelaki ini adalah Randi Adicandra.

Bintang berdiri, meneliti setiap penumpang yang baru saja datang, kalau seperti ini bukannya seperti mencari jarum di tumpukan jerami? Sulit.

Grep

Bintang terdiam ketika tubuhnya tiba-tiba di peluk oleh gadis kecil yang mengenakan hoddie berwarna pink, ia berusaha melepas pelukan gadis itu yang tampak erat, kenapa orang sekecil ini bisa sangat kuat?

"Abiin," panggil gadis itu dengan manja

Bintang terdiam, bagaimana dia bisa tahu?

"Maaf, bisa lepas pelukannya nggak?"

"Dia kangen sama kamu, Bintang," ujar seseorang yang kini berada di hadapan Bintang

Seketika itu Bintang melihat ke arah ponselnya, "Om?"

"Iya saya Randi, ini istri saya Inez," ujarnya sambil mengenalkan sosok yang di duga istrinya

Bintang bingung melihat gadis yang baru saja melepas pelukannya.

"Kamu kok lupa sama aku, Abin? Kita dulu kan temen deket?"

Oh ya? Sedekat apa? Jika memang iya dirinya dekat dengan gadis ini bukankah seharusnya ia mengingatnya?

"Udahlah Sayang, udah hampir tiga tahun kalian terpisah mungkin Bintang udah lupa," ujar Inez

Bintang hanya tersenyum canggung, "Kalo gitu mari ikut saya, Tante, Om."

Mereka mengikuti Bintang yang membawanya masuk kedalam mobil Bintang, mobil mulai melaju dan terjadi keheningan disana, sebenarnya Bintang juga merasa tidak nyaman karena gadis mungil yang duduk di sebelahnya terus saja menatapnya.

"Kamu udah SMA, Bintang?"

"Iya Om," jawab Bintang ramah

"Kalo anak Om ini baru mau masuk SMA, ya kan Ca?" tanyanya

Gadis itu masih saja termenung menatap sosok Bintang yang tengah menyetir mobil, ia melihat bagaimana kulit yang bersih dan putih itu tampak menyala karena sinar matahari dan hidungnya yang mancung membuat gadis itu semakin enggan menatap ke arah lain.

"Ca!" panggil Randi, "Ica!"

"Ah iya, kenapa si Pah?"

"Kamu ini dari tadi ngeliatin Bintang terus, suka kamu?" tuduh Randi pada putrinya itu

"Ih apaan sih Pah, dia tuh yang caper sama aku."

Bintang terdiam, bahkan hampir saja ia tersedak air ludahnya sendiri, bagaimana bisa ia yang sedari tadi diam di tuduh caper?

"Orang dari tadi Bintang diem, caper dari mana si Ca?" ujar Inez dengan lembut

"Dia tuh, pura-pura nggak kenal aku biar aku terus perhatikan dia, Ma."

"Maaf, tapi saya benar-benar nggak ingat kamu."

"Disya Maleana Adicandra, panggil aja Ica," ujar Inez

"Ih apaan sih Mah, biar dia inget sendiri lah Mah," omel Ica tak terima

"Ca, kalian kan udah hampir tiga tahun terpisah ya pasti Bintang lupa lah."

Ica tampak kesal bahkan ia mengusak-usak hoddienya.

"Maafin anak om ya Bintang," ujar Ardi sembari tersenyum

Bintang tersenyum dengan ramah, "Nggak apa-apa kok, Om."

"Apa maksudnya nggak pa-pa? Berarti aku nyebelin gitu?"

"Iya," jawab Bintang singkat

"Iiihhhh, Mah aku mau turun."

"Ca jangan main-main deh," tegur Inez

"Yah namanya juga anak manja Ma," balas Ardi

"Kita udah hampir sampai kok," ucap Bintang untuk melerai perdebatan kecil itu

"Kita satu komplek sama kamu kan Bin?"

"Iya, Om."

"Bagus deh."

"Kok bagus, kenapa Pah?" tanya Inez

"Kayanya Ica pengen deket-deket Bintang terus Mah."

"Ih apaan sih Pah, Papah mah iihh," Ica yang merasa kesal terus saja mendumel, sedangkan orang tuanya tertawa melihat anaknya yang tampak lucu ketika marah.

Bintang hanya diam, dia benar-benar lupa, bahkan sepertinya ia baru kali ini melihat gadis manja yang ada di sampingnya.

"Oh ya, kamu kelas berapa Bin?"

"Naik kelas sebelas, Om."

"Oh ya, kamu punya adek kan namanya Nana?" tanya Ica

Bintang hanya mengangguk

Ica tampak kesal melihat respon Bintang yang tampak singkat, tidak seperti dirinya merespon pertanyaan Papanya.

"Aku seumuran lo sama dia."

"Oh."

Ica benar-benar ingin memukul cowok ini, sok sekali padahal dulu dia sangat cupu dan penakut.

"Btw, dia mau daftar dimana?" tanyanya sekali lagi

"Di SMA NUSA BANGSA."

"Kamu sendiri? Sekolah dimana?"

"SMA JAKSANAGARA."

"Kenapa nggak bareng?"

"Kurang tahu."

"Oh gitu," ujarnya lalu ia berbalik melihat orang tuanya. "Mah pah," panggilnya

"Iya? Kenapa?" tanya Randi

"Aku daftar di SMA JAKSANAGARA aja sama Abin."

Seketika Bintang melihat ke arah gadis itu, menatapnya penuh dengan tanda tanya.

"Kenapa?" tanya Ica pada Bintang yang saat tak sengaja mata mereka bertemu.

.
.

Follow akun author ya gays, makasih

Jangan lupa follow:

Ig: @p.velisa0811

DUA TIPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang