Tumben sekali hari ini Bintang tidak membawa mobil, Ia menggunakan motor Supra milik tukang kebun di rumahnya untuk menjemput Icha. Yang sudah tua dan tampak tak terawat ini ini kadang kala Bintang berusaha menghidupkannya sampai tiga kali dan akhirnya motor ini benar-benar tidak menyala.
Mereka menuntun motor itu ke tempat bengkel terdekat, yang nyatanya sudah 5 km mereka jalan namun tidak ada bengkel di dekat sana.
"Padahal ini tepi jalan tapi masa sih nggak ada bengkel sama sekali?" rengek Icha pada Bintang
Bintang Tersenyum lalu menatap Icha yang berjalan disampingnya, "apa kamu nggak lihat yang ada spanduk merah itu yaitu bengkel kita kesana tahan ya sebentar lagi!"
Icha mengangguk lalu ia mengikuti langkah Bintang dengan langkahnya yang kecil dan sedikit terhuyung karena lelah, sesampainya di tempat bengkel bisa langsung duduk dan meminum air mineral yang Iaa bawa dari dalam tasnya.
Bintang duduk disamping Ica lalu menatap wajah mungil yang sedang kelelahan itu.
"Abin mau?" Icha sambil menyodorkan Tupperware nya ke hadapan Bintang, Bintang menggeleng, "tadi udah minum teh."
Icha mengangguk lalu ia menatap motor yang sedang dibenahi oleh tukang bengkel tersebut.
"Darko kenapa Ca?" tanya Bintang tanpa menoleh kearah Ica
Ica langsung menatap Bintang dan membulatkan matanya, "Ibunya meninggal dan dia mau pergi untuk mencari ikan."
"Kok nggak nyambung?"
"Maksudnya Darko udah putus asa sama kehidupan ini terus dia memutuskan untuk jadi nelayan mencari ikan di laut gitu Bintang, tadi juga dia nitip permintaan maaf ke kamu lewat aku."
"Memangnya permintaan maaf itu barangnya bisa dititipin gitu?"
Ica menggeleng dengan polosnya lalu ia mengatakan tidak tahu.
Mungkin Bintang sudah terlalu gemas dengan tingkah Ica sore ini, rambutnya yang basah karena gerimis dan matanya yang sembab karena habis menangis, dan tak lupa pula tubuhnya kedinginan jika sudah seperti itu maka hidungnya memerah.
Cubitnya pipi gembul milik Ica dan Ica hanya merengek kesakitan saat Bintang melakukan hal itu.
Bintang merasakan sedikit ketenangan ketika Darko pergi dari hidup Ica, karena pikirannya ia sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk memiliki Ica seutuhnya.
Ketika melihat wajah Ica hati Bintang selalu merasa tenang dan merasa terlindungi, baginya rasa cintanya pada Kian terasa palsu, entah itu karena dirinya dulu kesepian dan butuh teman atau hanya sekedar rasa sayang sebagai seorang partner.
"Habis ini antar aku pulang kerumah ya Bin? Pasti orang tuaku juga udah pulang kok!"
Bintang mengangguk lalu ia mengusap kepala Ica.
Ica kembali memperhatikan tukang bengkel yang sedang membenarkan motor Bintang, ralat motor tukang kebun Binatang. Tampak dari seberang rumah anak kecil sedang melambaikan tangannya kepada tukang bengkel yang sedang membenarkan motor Ica, anak kecil itu berteriak ayah ayah ayah.
Ayahnya pun menanggapi ya terus tersenyum dan terus menoleh ketika anaknya memanggil, hingga akhirnya ia berdiri dan menggendong anak kecil itu dan di taruhnya di samping dirinya bekerja. Ia selalu memberi tahu apa yang sedang ia lakukan dan apa yang sedang ia pegang kepada anaknya yang masih kecil dan tidak tahu apa-apa.
Ica tersenyum, Iya teringat akan ayahnya. Sudah lama ia tidak bermain dengan ayahnya yang selalu memberikannya kasih sayang, terlalu sibuk bekerja sampai sampai melupakan waktu bersama dengan Ica.

KAMU SEDANG MEMBACA
DUA TIPE
Teen FictionBintang Gala Pratama terus dibayangi masa lalu yang menyedihkan, ketika ia mencoba mengambil tindakan untuk pergi dan melupakan masa lalunya, ia bertemu dengan Kiana gadis cantik yang siap menemaninya. Namun, Bintang jatuh hati akan kebaikan Kiana d...