Bagian 10|| Bukan Dunianya

29 5 0
                                    

Ica merasa bosan, sekolah ini dia tidak memiliki teman satupun, coba saja ia ikut Nana di SMA NUSA BANGSA, setidaknya ada satu orang yang ia kenal. Nah disini, tidak ada seorangpun.

Kini ia duduk di taman dekat kelas sebelas IPA, tujuannya agar bisa melihat Bintang, yah
Penantiannya terbayar ketika ia melihat Bintang berjalan bersama lelaki berkacamata menuju ruang kelas sepertinya.

"Bintang!" panggil Ica, suaranya sangat nyaring hingga semuanya yabg ada di sana ikut menoleh.

Bintang tampak berhenti melangkah, lalu ia berjalan menghampiri Ica yang berdiri sendirian di kursi taman.

"Ngapain disini?"

"Aku udah turutin kemauan kamu, kan?" bukannya menjawab Ica malah balik bertanya

Bintang hanya diam sambil terus menatap perempuan bertubuh mungil yang ada di hadapannya.

"Tapi aku cuma panggil kamu Bintang di sekolah ya, kalo di rumah aku panggil kamu Abin."

"Iya, iya," jawab Bintang lalu ia duduk di kursi taman, dirinya memang meminta Ica untuk berhenti memanggilnya Abin, namun ia tidak mau dan syukurlah meski hanya di sekolah ia bisa memanggil Bintang itu lebih baik daripada tidak sama sekali.

"Kenapa nggak di kelas?" tanya Bintang

"Di kelas sepi, aku nggak kenal siapa-siapa. Bosen, Abin temenin aku aja ya?"

"Bintang, Bintang, Ca!" tekan Bintang

"Iya maaf, kan belum terbiasa."

Bintang menghela nafasnya pasrah, seperti mengajak bicara anak kecil saja.

"Aku mau mastiin sesuatu boleh nggak, Bin?"

Bintang menoleh, ia menatap tajam perempuan yang ada di hadapannya.

"Eh, Bin itu maksudnya Bintang kok."

"Iya gue tahu, maksudnya lo mau mastiin apa?"

"Tentang mimpi, emang bener Bintang mimpi kaya gitu?"

Bintang seperti frustasi, ia mengusak rambutnya. Benar-benar banyak tanya gadis kecil ini, rasanya ingin Bintang buang saja ke tadika mesra, biarlah Upin dan Ipin di buat stress olehnya.

Ica menanyakan hal itu karena memang Bintang mengatakan jika Bintang memimpikan tentang Ica kemarin malam, dan dalam mimpi itu sangat aneh.

"Pokoknya lo tuh lari-lari dan ketakutan kalo liat gue, dan kaya nggak mau walaupun hanya sekedar liat wajah gue."

"Masa si?" tanya Ica dengan ragu

"Iya, gitulah pokoknya," jawab Bintang, padahal memang betul ia memimpikan Ica namun bukan seperti itu mimpinya. Karena nanti Ica akan semakin mendekat jika ia ceritakan yang sebenarnya jadi Bintang mengatakan hal yang berbeda agar Ica menjauh dan tidak mengganggunya lagi.

"Bin!" panggil Ica, pasalnya Bintang hanya melamun tanpa bersuara

"Tau deh, gue sibuk. Sorry, gue duluan!" Bintang melenggang pergi meninggalkan Ica yang masih duduk di bangku taman

Ica hanya menatap punggung Bintang yang mulai menjauh, ia benar-benar kesal karena sifat Bintang yang dingin. Padahal maksud Ica kan hanya ingin bersahabat lagi seperti dulu, ya kalaupun lebih dari sahabat juga tidak apa. Ah, apa-apaan kamu Ica, bahkan berteman saja sepertinya tidak mungkin.

"Ehm ehm."

Suara deheman itu membuat atensi Ica beralih dari menatap punggung Bintang ke arah perempuan yang duduk di sampingnya tanpa permisi, perempuan itu masih mengenakan seragam SMP dan ya, ternyata perempuan itu adalah Gita.

DUA TIPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang