"Kak, gimana udah ketemu? Cantik kan orangnya? Masih imut kaya dulu nggak? Terus dia masih inget kak-"
"Na," tegur Bintang, pasalnya Nana terus saja mengajukan pertanyaan ketika ia baru saja membuka pintu rumah
"Ih orang aku cuma nanya," jawabnya kesal
"Ayah mana?"
"Udah di tungguin tuh di meja makan," jawab Nana kesal bahkan bibirnya manyun karena pertanyaannya di abaikan oleh sang Kakak.
Bintang tersenyum lalu menepuk-nepuk kepala sang adik, "dah jangan ngambek," katanya lalu pergi menghampiri sang Ayah
"Gimana udah kamu anterin ke rumahnya, kan?"
"Udah, baru aja." Bintang duduk di hadapan sang Ayah
"Makasih ya, kamu makan malam dulu baru masuk kamar," titah Ayahnya
Bintang menggeleng, "Nggak, Yah. Tadi sempet makan di rumah Om Randi."
"Oh ya udah."
Bintang berlalu, ia masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya diatas kasur. Ia memandangi langit-langit kamar, AC yang menyala membuat dirinya mengantuk dan perlahan matanya terpejam.
Ceklek
"Kak!"
"Ck."
Bintang terbangun dengan kepala yang sakit, baru saja dirinya akan terlelap suara adiknya itu sukses membuat dirinya terbangun. Salahnya juga tidak mengunci pintu.
"Kak! Liat ini!" adu Nana, ia duduk di samping Bintang.
Sulit untuk marah dengan adiknya ini, meski hatinya sangat kesal dan ingin mengumpat tapi semua itu tertahan di bibirnya.
"Apa?"
"Nih!" Nana memberikan album foto kecil yang kini berada di pangkuan Bintang.
"Apa ini?"
"Buka aja!" perintah Nana
Bintang membuka album foto itu, halaman pertama yang ia lihat adalah foto Nana saat SMP yang tengah menangis. Bintang tersenyum, lebih tepatnya menahan tawa.
Nana yang melihat kakaknya menahan tawa itu langsung merasa kesal, "Iih bukan yang itu!" Nana menyambar album foto itu.
Nana mencari-cari halaman yg tepat untuk ditunjukkan, sedangkan Bintang hanya memandangi jemari adiknya yang sibuk membalikkan foto .
"Nih, liat!"
Bintang memandangi foto yang di tunjukkan oleh Nana, disana adalah foto dirinya bersama perempuan berambut panjang dan pendek, persis seperti perempuan yang tadi ia temui. Ica
Nana menghela nafas, ternyata reaksi kakaknya hanya biasa saja, ia memutuskan untuk mengeluarkan foto itu dan memberinya pada Bintang.
"Nih, coba diingat-ingat!" ujarnya lalu pergi dari kamar Bintang.
Bintang memejamkan matanya, ia mencoba mengingat saat dirinya bersama perempuan ini, dan kenapa bisa dirinya lupa? Padahal ini terjadi saat kita SMP?
"Abin!"
"Ica, Ica nanti pulang sama siapa?"
"Sama Abin lah."
"Tapi tadi-"
"Ica sayang Abin, Ica akan selalu di samping Abin."
Percakapan itu muncul di otaknya, Bintang membuka matanya dan mengatur nafas, kenapa hanya sepenggal? Kenapa hanya itu yang Bintang ingat? Lalu apa yang akan Bintang katakan saat itu?
***
Bintang hanya terdiam di pojok markas, ia masih memikirkan ada hubungan apa dirinya dengan perempuan bernama Ica itu? Lalu kenapa dirinya bisa lupa?
"Woi!" Bintang terperanjat, ia menatap lelaki yang berhasil membuyarkan lamunannya.
"Nglamun aja lo! Tuh dicariin," ujar Adi dengan nada membentak
"Cariin?"
"Ya, tu orangnya ada di depan."
Bintang berdiri, ia melangkah menuju depan markas dan ternyata ada Kian yang berdiri di sana.
Kian seperti mencari-cari seseorang, ia berjinjit-jinjit dan berusaha mencari keberadaan seseorang, bahkan ia tak sadar Bintang ada di sampingnya.
"Kian?"
"Eh, kamu udah disini."
"Kamu nyari aku, kan?"
Mata Kian kesana kemari seperti mencari sesuatu, "Ah iya, iya aku nyari kamu."
"Terus ngapain masih disini?"
"Ya kita disini aja."
"Disni bau rokok, kamu kan nggak suka bau rokok."
"Oh iya," Kian menggaruk kepalanya yang gatal.
Bintang menggandeng tangan Kian dan mengajaknya pergi dari sana, namun saat hendak pergi mereka berpapasan dengan Damar. Mereka sempat terdiam bersama Damar melirik lengan mereka yang terpaut namun tak lama kemudian mereka melanjutkan langkahnya.
"Ada acara apa? Kok rame?"
"Nggak tahu, apa yang mereka bahas aku nggak paham."
Kian menahan lengan Bintang, mereka berhenti dan saling menatap.
"Kenapa?"
"Bin, aku nunggu jawaban kamu, jadi apa jawaban kamu?"
Bintang terhenyak, jadi perihal perasaan itu belum selesai?
"Aku.." Bintang menggantung kalimatnya
"Gimana, Bin? Apa kedekatan kita selama ini nggak ada artinya buat kamu? Apa kamu cuma anggap aku sebagai teman?"
Bintang menatap mata Kian yang seolah menusuk perasaannya, kau benar Kian. Sikapmu sukses membuat Bintang jatuh hati padamu.
"Iya."
"Iya?" Kian mengangkat alisnya
"Iya, aku suka kamu."
Kian tersenyum, "Jadi?"
Bintang mengangkat alisnya, pertanda ia bertanya apa maksud kata 'Jadi' namun Kian malah melototi dirinya dan kini Bintang paham akan maksud Kian.
"Iya, kita pacaran."
Senyum Kian merekah, ia berjinjit dan mengecup pipi Bintang.
"Yeay," ujarnya lalu berlari kegirangan
Bintang masih terdiam, ia merasakan panas pada pipinya dan ia juga malu kenapa bisa Kian melakukan hal itu dengan mudah? Bintang menggelengkan kepalanya dan menyusul Kian yang berjalan lebih dulu.
.
.Share ke teman-teman kalian yaa😃😉
Biar makin seru ngobrolnya, apalagi yang di obrolin Bintang sama Ica ya kan?☺️Vote + Komen + Share ya
Jangan lupa follow akun author oke?😉
See you di part selanjutnya 👋

KAMU SEDANG MEMBACA
DUA TIPE
Novela JuvenilBintang Gala Pratama terus dibayangi masa lalu yang menyedihkan, ketika ia mencoba mengambil tindakan untuk pergi dan melupakan masa lalunya, ia bertemu dengan Kiana gadis cantik yang siap menemaninya. Namun, Bintang jatuh hati akan kebaikan Kiana d...