13

134 8 0
                                    

Dari sela-sela jari tangannya, Nesya mencoba melihat ke mana sebenarnya bola basket itu mendarat.Karena dia merasa tubuhnya baik-baik saja. Tidak ada rasa sakit yang dia rasakan, oleh karena itu dia mencoba membuka matanya dengan perlahan dan samar-samar dia melihat kancing kemeja ada di depan matanya.

"Sejak kapan bola basket berubah jadi kancing kemeja?" pikirnya dalam hati.

Nesya merasakan ada sesuatu yang aneh, dia seperti merasa ada seseorang yang sedang melindunginya saat ini. Dia pun menurunkan kedua tangannya lalu dia membuka matanya dengan perlahan. Ketika matanya terbuka Nesya langsung melongo dengan mulut sedikit terbuka. Dia terkejut melihat dirinya sedang berada di pelukan seorang laki-laki. Laki-laki itu begitu berani melindunginya dari bola basket yang melambung ke arahnya itu.

Nesya pun mendongak dan menatap wajah laki-laki itu. Lalu mereka berdua pun saling beradu pandang. Sorot mata itu membuat jantung Nesya berdegup kencang. Melihat Nesya di peluk oleh laki-laki lain Aska merasa sangat kesal. Harusnya dia yang berada di posisi itu.

Nesya masih tidak menyangka ternyata laki-laki yang selama ini di bencinya begitu berani melindunginya.

"Cupu!"

"K-kamu. kamu nggak apa-apakan?"

"Gue nggak apa-apa. Lo ngapain meluk-meluk gue kayak gini?"

"Kamu jangan salah paham dulu. Aku bukan laki-laki yang suka nyari kesempatan, aku hanya ingin melindungi kamu." ucap Daffin sambil melepaskan rangkulannya.

Nesya terdiam sambil menatap Daffin yang sedang meringis kesakitan. Nesya merasa bersalah karena sudah bersikap tidak baik pada Daffin. Padahal selama ini Daffin selalu baik padanya, melihat Daffin meringis kesakitan Nesya merasa khawatir. Dia takut terjadi sesuatu yang buruk pada Daffin, karena Daffin baru saja menyelamatkan dirinya dari bola basket itu.

"Cupu lo nggak apa-apa kan? Kepala lo nggak ada yang luka kan?"

Daffin merasa dirinya bagaikan terbang ke awan. Ini pertama kalinya dia melihat Nesya begitu perhatian padanya. Biasanya Nesya selalu marah-marah dan jutek pada Daffin.

"Cupu lo kok diam aja? lo nggak apa-apa kan?" tanya Nesya merasa cemas melihat Daffin terus memegangi punggungnya.

"Aku. Aku cuma sedikit pusing aja Sya. Tapi kamu nggak usah khawatir." ucap Daffin berusaha menyembunyikan rasa sakitnya.

Melihat sahabatnya sempoyongan Haris merasa khawatir. Dia pun pergi menghampiri Daffin dan Nesya.

"Fin lo nggak apa-apa kan?" Daffin tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya. "Sya lo kok diam aja sih? Sahabat gue udah sempoyongan kayak gini kenapa lo nggak bawa dia ke UKS?! lo mau lihat Daffin pingsan di sini?" Melihat Haris panik, Nesya jadi ikut panik juga. Dia dan Haris langsung membawa Daffin ke UKS.

Sampai di UKS Nesya meminta Daffin untuk duduk di tempat tidur pasien. Lalu Nesya memeriksa punggungnya Daffin dan Nesya cukup terkejut melihat punggungnya Daffin memerah.

"Ya ampun! dia jadi seperti ini gara-gara nyelametin gue. Pasti sekarang dia sangat kesakitan." ucap Nesya dalam hati.

"Sya tolong lo obatin lukanya Daffin ya. Gue mau ke kantin dulu beliin dia minuman."

Haris menyuruh Nesya untuk segera mengobati lukanya Daffin. Nesya bingung dia tidak tahu harus berbuat apa. Karena sebelumnya dia belum pernah mengobati orang yang sedang luka.

"Sya kamu kenapa? kok bengong?"

"Oh ini Fin," Nesya jadi gugup dan semakin bingung di depan Daffin. Dia benar-benar merasa malu karena sebagai siswa populer dia tidak tahu bagaimana caranya merawat orang yang sedang sakit.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang