24

103 5 6
                                    

Suara tangisan itu semakin terdengar jelas di telinga Daffin. Dia pun terus mencari dari mana suara tangisan itu berasal. Ternyata tak jauh dari tempat Daffin berdiri saat ini terlihat ada sebuah taman. Daffin mendengar suara tangisan itu berasal dari taman itu, lalu Daffin dengan perlahan melangkahkan kakinya ke arah taman itu. Begitu menginjakkan kakinya di taman itu bulu kuduk Daffin semakin merinding, wajahnya juga berubah tegang ketika melihat sesosok gadis yang sedang duduk sendirian di taman itu. Gadis itu berambut panjang dan memakai atasan berwarna putih. Suara tangisan yang sedari tadi Daffin dengar itu berasal dari gadis yang duduk di taman itu.

Daffin sedikit menelan ludahnya, dia merasa sedikit takut karena wajah gadis itu tidak terlihat jelas. Meski merasa takut Daffin tetap memberanikan diri menghampiri gadis yang memakai atasan putih itu.

Dengan langkah sedikit pelan Daffin mendekati gadis itu, lalu berdiri di hadapannya. Meski takut Daffin tetap mencoba untuk menyapa gadis itu yang sedari tadi tidak berhenti menangis.

"Hmm. Mmm-mbak maaf saya mengganggu. Ke-kenapa mbak menangis di sini?" ucap Daffin terbata-bata.

Mendengar ada yang menyapanya gadis itu pun mendongak dan menatap Daffin dengan air mata terurai. Seketika Daffin terdiam saat melihat wajah gadis itu, begitu melihat Daffin gadis itu pun langsung menggapai tubuhnya dan memeluknya erat.

Daffin cukup terkejut melihat aksi yang dilakukan oleh gadis itu, dia sampai melongo dengan kedua bola mata membulat penuh.

"K-kamu. Kenapa kamu menangis Sya?" kata Daffin sembari mengusap pelan pundak Nesya.

Nesya tidak menjawab, dia terus menangis dalam pelukan Daffin. Melihat Nesya menangis begitu pilunya Daffin pun hanya diam dan membiar Nesya mengeluarkan semua rasa sakit yang dirasakannya.

Selang beberapa menit Nesya mulai melepaskan pelukanya dengan perlahan dan kembali menatap wajah Daffin. Melihat  begitu banyak air mata mengalir di wajah Nesya hati Daffin terasa perih lalu secara refleks Daffin mengusap air mata itu sembari menatap Nesya dengan lekat.

Untuk sesaat kedua pasang mata itu pun saling beradu pandang mesra, hingga membuat mereka berdua hanyut dalam suasana dan perasaan mereka.

"Nesya kamu kenapa? kok kamu nangis sampai segininya?!" ucap Daffin merasa khawatir.

Nesya tetap tidak menjawab, dia malah terus menangis sampai sesegukan. Daffin jadi tidak tega melihat Nesya terus saja menangis. "Udah jangan nangis terus, kalau kamu lagi ada masalah cerita aja sama aku. Siapa tahu aku bisa bantu." kata Daffin tulus sembari terus mengusap air mata yang mengalir di wajah Nesya dengan lembut.

Sentuhan tangan Daffin yang lembut itu semakin membuat Nesya terdiam dan hanyut dalam tatapan Daffin yang penuh makna itu. Tak lama mereka berdua sama-sama sadar dari lamunan mereka. Daffin langsung menurunkan tangan dan memalingkan pandangannya dari Nesya. Nesya juga melakukan hal yang sama, mereka berdua sama-sama salah tingkah.

"Daffin lo bego banget sih!! ngapain lo bersikap seperti itu sama Nesya. Ingat dia itu pacarnya Aska bukan pacar lo!!" ucap Daffin dalam hati.

Seketika suasana yang tadinya haru mendadak canggung setelah mereka berdua sama-sama tersadar dari lamunan mereka. Dengan sedikit malu-malu Daffin mencoba kembali menatap Nesya dan berbicara dengannya.

"Sya maaf ya kalau tadi aku sempat....,"

"Nggak apa-apa." ucap Nesya sembari kembali duduk di bangku taman.

Belum selesai Daffin bicara Nesya langsung memotong perkataan Daffin begitu saja. Daffin sedikit merasa lega ternyata Nesya tidak marah kepadanya. Namun, Daffin masih melihat ada kesedihan di wajah Nesya dan itu semakin membuat hati Daffin perih melihatnya.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang