18

97 9 3
                                    

"Ibu." Dafa memanggil Ibunya dari teras rumah. Setelah berkali-kali memanggil Dafa tidak mendapat jawaban dari sang Ibu. Dafa jadi khawatir, dia langsung masuk ke dalam rumah dan celingukan mencari keberadaan Ibunya.

"Ibu,... Ibu di mana? ini Dafa udah pulang Bu." teriak Dafa sambil terus celingukan mencari keberadaan sang Ibu.

Dafa sudah memeriksa dapur dan juga setiap kamar yang ada di rumahnya namun dia juga tidak berhasil menemukan keberadaan Ibunya. Dafa jadi semakin khawatir dan takut sesuatu yang buruk terjadi dengan Ibunya. Ketika Dafa hendak pergi tiba-tiba sang Ibu muncul dan memanggil namanya.

"Dafa, kamu mau ke mana lagi nak?" kata sang Ibu.

Dafa pun menoleh dan berjalan menghampiri Ibunya. "Ibu. Ibu dari mana aja? dari tadi Dafa nyarin Ibu lho!"

Sang Ibu tersenyum melihat anaknya begitu panik. "Tadi Ibu dari kamar mandi. Memangnya ada apa sih? kok kamu panik gitu nyariin Ibu?"

"Gimana Dafa nggak panik Bu, berkali-kali Dafa manggil-manggil Ibu dan nggak ada jawaban. Dafa kan jadi khawatir Bu, takut Ibu kenapa-napa."

"Ya sudah Ibu minta maaf. Tadi Ibu nggak dengar kamu manggil-manggil Ibu. Memangnya ada apa sih?"

"Ada sesuatu yang mau Dafa tunjukin sama Ibu." ucap Dafa sambil mengajak Ibunya pergi keruang tamu.

Sampai di ruang tamu Dafa mengambil piagam dan piala yang dia taruh di atas meja yang ada di ruang tamu. Lalu Dafa pun memperlihatkan piagam dan piala itu pada Ibunya.

"Lihat Bu, ini yang mau Dafa tunjukin sama Ibu." kata Dafa sembari menunjukkan piala dan piagam itu pada Ibunya.

"Jadi anak Ibu menang lomba melukis?" tanya sang Ibu dengan mata berkaca-kaca.

"Iya Bu, gimana Ibu senang kan?"

"Iya Ibu senang, Ibu bangga sama kamu nak. Akhirnya kamu mau juga nurutin perkataan Ibu." ucap sang Ibu sembari memeluk anaknya dengan erat.

"Maafin Dafa ya Bu, kalau selama ini Dafa suka nggak nurut sama Ibu." kata Dafa dalam pelukan sang Ibu.

"Nggak apa-apa, Ibu sudah maafin kamu kok nak. Yang penting sekarang kamu jangan pernah tinggalin Ibu ya, cuma kamu satu-satunya yang Ibu punya di dunia ini."

"Dafa janji Bu, Dafa nggak akan pernah ninggalin Ibu. Dafa akan selalu bersama dengan Ibu." ucap Dafa dengan begitu tulusnya.

***

Baru saja sampai di parkiran sekolah, tiba-tiba Nada datang menghampiri Daffin yang sedang memarkirkan sepedanya. Daffin heran melihat Nada datang dengan wajah paniknya. "Nada kamu kenapa, kok kelihatan panik gitu?"

"Gawat Fin. Haris sama Aska disuruh keruangannya Pak Bagas. Kayaknya mereka berdua mau dihukum deh gara-gara kejadian kemarin."

"Apa! Haris sama Aska disuruh keruangannya Pak Bagas?"

"Iya Fin, tadi aku baru aja lihat mereka berdua masuk keruangannya Pak Bagas."

"Ya ampun! ini nggak bisa dibiarin, Haris nggak boleh dihukum dia kan nggak salah."

"Iya, aku setuju sama kamu Fin. Yang salah disini kan Aska, jadi harusnya dia yang dapat hukuman bukan Haris."

"Ya Nad kamu benar, sepertinya kita harus keruangannya Pak Bagas deh buat ngejelasin semuanya."

"Ya Fin, kita memang harus ngejelasin semuanya sama Pak Bagas."

"Ya udah, kalau gitu ayo kita sekarang keruangannya Pak Bagas Nad."

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang