53

80 3 0
                                    

"Cupu, ini lo nggak lagi bercanda kan?" tanya Nesya. Merasa kurang percaya dengan perkataan Daffin itu.

"Nggak Sya. Aku serius, aku beneran sayang sama kamu."

"Terus Nada gimana? lo sama Nada udah jadian, kan?!"

"Aku sama Nada nggak ada hubungan apa-apa, kami berdua itu nggak pernah jadian Sya. Selama ini kamu itu udah salah paham sama aku."

"Nggak mungkin. Pasti lo bohong kan sama gue?"

"Aku serius Sya, aku nggak bohong. Buat apa juga aku bohong sama kamu, lagian aku ini bukan tipe orang yang suka nyakitin ataupun mainin perasaan orang gitu aja Sya. Aku bukan tipe orang yang kayak gitu."

"Maaf. Gue nggak bermaksud nuduh lo kayak gitu, gue cuma nggak nyangka aja kalau lo juga punya perasaan yang sama dengan gue."

"Nggak apa-apa. Aku ngerti kok, kamu pasti terkejut kan mendengar kata-kata aku tadi?"

"Iya, gue cukup terkejut. Bahkan sekarang gue masih nggak percaya."

"Nggak apa-apa kalau kamu masih belum percaya. Tapi satu hal yang harus kamu tau, kalau bukan karena aku sayang sama kamu. Aku nggak akan mungkin ngelakuin semua ini untuk kamu Sya."

Perlahan Daffin pun melepaskan genggaman tangannya, dia merasa sedikit sedih karena Nesya masih belum mempercayai semua perkataannya itu. Ketika Daffin melepaskan genggamannya itu Nesya lalu dengan cepat kembali meraih tangan Daffin dan langsung menggenggam tangan Daffin dengan erat.

"Cupu, boleh nggak lo ulangin lagi kata-kata lo tadi. Gue pengin dengar sekali lagi lo bilang sayang sama gue."

Daffin sedikit tersenyum waktu mendengar perkataan Nesya itu. Seketika rasa sedihnya pun menghilang saat Nesya memintanya untuk mengulangi lagi kata-kata yang diucapkannya tadi kepada Nesya. Dengan tatapan teduhnya, Daffin kembali menyatakan isi hatinya kepada Nesya.

"Nesya, aku Daffin Sanjaya dengan sepenuh hati ingin mengatakan kalau aku sayang sama kamu."

"Gue juga sayang sama lo."

Setelah saling mengungkapkan isi hati satu sama lain. Daffin dan Nesya pun saling beradu pandang mesra. Di saat mereka larut dalam perasaan bahagia mereka, tiba-tiba Daffin mendengar cacing dalam perut Nesya berbunyi.

Saat menyadari cacing dalam perutnya berbunyi Nesya langsung memicingkan matanya, dia merasa malu pada Daffin.

"Sya, kamu lapar ya?"

Saat ditanya seperti itu oleh Daffin, Nesya pun sedikit menyengir. Untungnya saat itu Daffin masih punya stok roti di dalam tasnya. Sehingga waktu dia tahu kalau Nesya sedang lapar, dia langsung bergegas mencari keberadaan tas ranselnya. Setelah berhasil menemukan tas ranselnya, Daffin lalu membuka tasnya dan langsung mengambil roti yang ada di dalam tasnya itu.

"Sya, kamu makan roti ini dulu ya?" kata Daffin sembari menyodorkan roti itu kepada Nesya.

"Lo cuma punya satu?" tanya Nesya sambil mengambil roti itu dari tangannya Daffin.

"Iya, aku cuma punya satu."

"Kalau gitu kita bagi dua aja ya?"

"Nggak usah! itu rotinya buat kamu aja."

"Terus lo gimana?"

"Kebetulan aku nggak lapar Sya. Jadi kamu aja ya, yang  makan roti ini."

"Lo beneran nggak lapar?"

"Iya bener, aku nggak lapar kok. Sini biar aku yang bukain rotinya."

Daffin lalu kembali mengambil roti miliknya itu dari tangannya Nesya. Dia kemudian membukakan roti itu dan langsung menyuapi Nesya dengan tangannya sendiri. Nesya pun terkejut saat Daffin langsung menyodorkan roti itu di dekat mulutnya, dia sama sekali tidak menduga kalau Daffin akan bersikap seperti itu kepadanya. Dengan sedikit malu-malu Nesya lalu membuka mulutnya dan langsung menggigit roti itu. Begitu Nesya menggigit roti itu Daffin pun tersenyum, dia merasa senang melihat Nesya mau makan roti pemberiannya itu.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang