Sesampainya di rumah Nesya sempat celingukan mencari keberadaan papinya. Setelah melihat ke beberapa sudut rungan yang ada di rumahnya Nesya tidak mendapati keberadaan papinya di sudut ruangan mana pun. Nesya pun menarik nafas lega lalu dengan pelan-pelan Nesya melangkah masuk ke dalam kamarnya.
Sampai di dalam kamar Nesya cukup terkejut melihat papinya berdiri di dekat jendela kamarnya. "Kamu habis dari mana Sya?" tegas papinya.
Sebelum menjawab Nesya sedikit menelan ludahnya. "Pa-Papi. Papi ngapain di kamar aku?"
"Jawab dulu pertanyaan Papi. Kamu dari mana?!"
"Aku. Aku habis nyari udara segar Pi." ucap Nesya sedikit terbata-bata.
"Nyari udara segar? kamu nyari udara segar di malam hari?!"
"Maaf Pi, maafin Nesya karena tadi Nesya nggak izin sama Papi." ucap Nesya sembari menunduk tak berani menatap wajah papinya.
Papinya yang sedari tadi berdiri di dekat jendela pun mulai melangkah mendekati Nesya. "Maafkan Papi ya, tadi Papi itu benar-benar syok dan panik." mendengar perkataan papinya Nesya langsung mendongak dan menatap wajah papinya.
"Ya sudah sekarang kamu istirahat gih, besok kita bicara lagi." kata Aditya sembari melangkah keluar dari kamar putrinya.
Nesya hanya diam waktu papinya bicara seperti itu kepadanya. Dia tidak menyangka ternyata papinya tidak memarahinya karena dia keluar rumah secara diam-diam. Setelah papinya keluar Nesya langsung menutup dan mengunci pintu kamarnya. Lalu dia bersandar sejenak di pintu kamarnya sembari mengingat kembali perkataan Daffin.
"Ternyata apa yang cupu katakan itu benar. Papi nyariin gue dan dia juga udah nggak marah lagi sama gue." gumam Nesya sambil senyum-senyum sendiri dalam kamarnya.
Sedang hanyutnya dalam lamunan tiba-tiba terdengar dering telepon dari dalam tas selempangnya Nesya. Seketika dering telepon itu membuyarkan semua lamunannya Nesya, lalu Nesya bergegas mengambil telepon itu dari dalam tasnya.
Setelah dilihat ternyata Nesya mendapat panggilan telepon dari Aska. Nesya kelihatan kurang bersemangat saat mendapat panggilan telepon dari Aska. Namun, mau tidak mau dia harus tetap mengangkat panggilan telepon itu.
"Hallo." ucap Nesya sembari menyandarkan tubuhnya di tembok kamarnya.
"Hai sayang!! kamu belum tidur, kan?"
"Belum sih, ada apa?"
"Nggak, aku cuma mau ngingetin aja kalau besok kita mau jalan-jalan. Kamu nggak lupa, kan?"
Nesya diam sejenak, dia baru ingat kalau besok dia ada janji sama Aska. "Aska maaf ya, kayaknya besok gue nggak bisa deh jalan sama lo!"
"Kenapa nggak bisa!?"
"Ya soalnya, gue lagi nggak dibolehin keluar sama Papi gue."
"Lho kok bisa!! alasannya apa kok kamu nggak di izinin keluar sama Papi kamu?"
"Gue nggak bisa jelasin sekarang alasannya apa, yang jelas besok gue nggak bisa jalan sama lo. Tolong ngertiin gue ya Ka."
"Ya udah nggak apa-apa Sya. Kita masih bisa pergi dilain waktu, kan?"
"Hm. Makasih lo udah ngertiin gue. Kalau gitu gue tutup dulu ya teleponnya gue udah ngantuk nih."
"Ohh... Oke! selamat malam Sya."
"Selamat malam Aska." Nesya langsung menutup teleponnya begitu saja. Hari ini dia benar-benar merasa lelah dan ingin segera beristirahat.
Setelah menerima telepon dari Aska, Nesya bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai mandi Nesya pun merebahkan tubuhnya di atas kasur dan ketika dia memejamkan matanya tiba-tiba saja bayangan Daffin muncul dalam benaknya, Nesya langsung membuka matanya dan mengerutkan keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU
Teen FictionKisah Cinta anak remaja yang tak biasa, meskipun dia di benci tapi dia tetap cinta, meski dia sering di sakiti tapi dia tetap bertahan.... Karena dia cinta.