21

109 6 3
                                    

Daffin hanya diam ketika Nesya membawanya pergi begitu saja, tak ada kata yang mampu Daffin ucapkan saat berjalan bersama dengan Nesya, hanya tatapan matalah yang berbicara. Ketika Daffin melihat Nesya memegang erat tangannya, Daffin pun tersenyum simpul sembari terus menatap wajah cantik Nesya itu. Setelah melewati beberapa lorong Daffin masih belum bisa melepaskan pandangannya dari Nesya, dia tidak menghiraukan Nesya akan membawanya pergi ke mana, yang jelas dia merasa bahagia karena bisa kembali menatap wajah dari orang yang paling dikaguminya itu.

Sedang asiknya Daffin memandangi wajah Nesya, tiba-tiba saja Nesya menghentikan langkahnya. "Kok kita berhenti Sya?" ucap Daffin sepontan.

Nesya menoleh dan mengerutkan keningnya ketika mendengar kata yang baru saja Daffin ucapkan. "Maksud lo apa?" tanya Nesya tak mengerti.

Daffin menggaruk kepalanya sembari menatap Nesya malu. Dia merasa konyol karena sudah berbicara seperti itu pada Nesya. "Cupu! lo kenapa? kok nggak jawab pertanyaan gue?!" kata Nesya. Hingga membuat Daffin jadi salah tingkah.

"M-maaf Sya. Maksud aku itu, kenapa kamu bawa aku ke UKS?" ucap Daffin sedikit terbata-bata.

"Kalau bukan ke UKS terus gue harus bawa lo ke mana? masak gue harus bawa lo ke rumah sakit sih?!"

"Bu-bukan begitu maksud aku Sya."

"Udah deh!! mendingan sekarang lo duduk aja di sini dan jangan banyak tanya. Gue bawa lo ke sini karena gue mau ngobatin luka yang ada di tangan lo itu."

Daffin benar-benar tidak menyangka ternyata Nesya sengaja membawanya ke UKS hanya untuk mengobati luka yang ada di tangannya itu.

"Sya kamu nggak perlu repot-repot ngobatin luka yang ada di tanganku ini. Aku bisa kok ngobatin luka ini sendiri."

Nesya langsung memelototi Daffin, karena Daffin terlalu banyak bicara. Melihat Nesya menatapnya seperti itu, Daffin pun menunduk diam dan membiarkan Nesya melakukan apa yang dia inginkan. Nesya mengambil obat merah dari kotak obat yang ada di UKS kemudian Nesya mengoleskan obat merah itu pada lukanya Daffin.

Saat Nesya mengoleskan obat merah itu, Daffin sedikit meringis kesakitan. Nesya sedikit kasihan melihat Daffin meringis seperti itu, selain itu Nesya juga merasa bersalah karena tanpa sengaja Nesya sudah membuat Daffin terluka hari ini. "Cupu, maaf ya lo jadi luka kayak gini gara-gara gue hampir nyerempet lo tadi."

"Kenapa kamu minta maaf, ini bukan salah kamu. Justru aku yang salah karena tadi aku bawa sepedanya kurang fokus. Maafin aku ya Sya?"

Nesya mengangguk sembari terus mengoleskan obat merah itu pada lukanya Daffin. "Tahan ya cupu!! gue tahu ini pasti perih banget."

"Ya Sya." ucap Daffin sembari terus memperhatikan Nesya yang dengan telaten mengobati lukanya. Tanpa berkedip Daffin terus menatap Nesya yang terlihat begitu cantik dengan rambutnya yang terurai, ketika melihat ada beberapa helai rambut menutupi wajah Nesya tanpa sengaja tangan Daffin terulur untuk memperbaiki helaian rambut yang menutupi wajah Nesya itu. Mereka pun saling bertatapan beberapa saat.

Ketika melewati ruang UKS tidak sengaja Nada melihat Nesya dan Daffin sedang berada di dalam ruang UKS. Nada pun sedikit penasaran dan ingin tahu apa yang sedang Nesya lakukan pada Daffin, ketika Nada melihat dari jarak yang lebih dekat, dia akhirnya tahu kalau Nesya sedang mengobati lukanya Daffin, seketika hatinya terasa perih melihat Daffin menatap Nesya dengan tatapan mesranya. Karena tidak sanggup melihat kedekatan Nesya dengan Daffin, akhirnya Nada pun buru-buru pergi.

***

Bel masuk kelas berbunyi, Daffin langsung bangkit dari tempat duduknya. "Cupu lo mau ke mana?"

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang