9

120 6 0
                                    

Usai mendengarkan pengumuman dari Pak Bagas. Daffin pun pergi ke taman dan duduk termenung di sana. Sepertinya ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran Daffin saat ini. Melihat temannya duduk menyendiri di taman, Haris langsung pergi menghampiri sahabatnya itu.

"Fin! lo ngapain duduk sendirian di sini?" tanya Haris.

"Ehhh, lo Ris! gue kira siapa?" ucap Daffin. Sembari sedikit tersenyum.

"Pasti ada sesuatu yang sedang lo pikirin ya Fin?"

" Nggak! gue nggak lagi mikirin apa-apa kok Ris!!"

"Udah jangan bohong sama gue! sikap lo yang seperti ini udah nunjukin, kalau memang ada sesuatu yang sedang lo pikirin?"

"Susah banget ya buat berkelit dari lo! kenapa sih lo selalu saja tahu kalau gue lagi mikirin sesuatu?"

"Wajah lo itu nggak bisa bohong Fin! memangnya lo lagi mikirin apa sih?"

"Gue lagi kepikiran sama lomba nanti Ris, sepertinya gue nggak bisa ikut lomba itu!"

"Kenapa nggak bisa? Pak Bagas kan udah milih lo tadi?!"

"Ya gue tahu Pak Bagas memang milih gue tadi! tapi kayaknya gue benar-benar nggak bisa ikut lomba ini deh!!"

"Alasan lo nggak bisa ikut lomba ini karena apa Fin? bukannya lo berbakat banget ya di bidang musik?!"

"Gue memang berbakat di bidang musik, tapi karena janji yang sudah gue buat. Gue nggak bisa lagi nerusin bakat gue ini Ris!"

"Tunggu dulu Fin! gue makin nggak paham nih sama omongan lo. Memangnya janji apa yang sudah lo buat dan dengan siapa lo berjanji?"

Mendengar begitu banyak pertanyaan yang keluar dari mulut sahabatnya itu Daffin memejamkan matanya sejenak. Lalu ia menghela nafas dan mengembuskannya pelan, kemudian dengan perlahan ia kembali membuka matanya dan memandang wajah sahabatnya itu. Haris merasa heran melihat sahabatnya bersikap seperti itu di hadapannya.

"Fin lo gimana sih! bukannya menjawab pertanyaan gue? malah asik memejamkan mata kayak gitu!"

"Maaf Ris!! lo jangan kesal kayak gitu dong!? gue pasti akan menjawab pertanyaan lo. Tapi sebelumnya lo harus janji dulu sama gue?"

"Kenapa jadi gue yang harus berjanji Fin?"

"Kalau lo mau gue menjawab pertanyaan dari lo, ya lo harus janji dulu sama gue?"

"Oke! lo mau gue janji apa?"

"Janjinya nggak sulit, gue cuma mau lo jangan pernah cerita sama Ayah gue, kalau sebenarnya gue di pilih untuk ikut lomba mewakili sekolah. Karena gue nggak mau ngecewain Ayah gue Ris."

"Ohhh, jadi Ayah lo yang ngelarang lo buat ikut lomba?"

"Bukan begitu Ris, gue nggak ikut lomba ini bukan karena Ayah gue. Tapi karena Bu Rani, gue udah janji sama Bu Rani kalau gue nggak akan pernah bermain alat musik ataupun bernyanyi lagi Ris."

"Terus hubungannya sama Ayah lo apa? kenapa lo ngelarang gue buat cerita sama Ayah lo, kalau sebenarnya lo di pilih untuk ikut lomba musik?"

"Lo kan tahu sendiri Ris! Ayah gue suka dengan musik sementara Bu Rani nggak. Kalau sampai Ayah gue tahu gue kepilih untuk mewakili sekolah dalam lomba musik dia pasti sangat senang Ris. Tapi di sisi lain Bu Rani nggak suka ngelihat gue memainkan alat musik ataupun bernyanyi lagi Ris kalau dia sampai tahu gue ikut lomba musik. Dia pasti akan sangat sedih Ris! karena itu gue ngerasa dalam dilema sekarang."

"Ya ampun!! kapan sih lo bisa lepas dari Bu Rani Fin. Jujur gue kasihan banget sama lo, setiap kali lo mau ngelakuin sesuatu lo pasti harus mikir dulu. Contohnya kayak sekarang?"

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang