16

121 7 2
                                    

Melihat kedatangan Pak Bagas, Aska langsung mengajak Nesya pergi dan buru-buru masuk ke dalam bus yang disediakan oleh pihak sekolah.

Daffin menghela nafas lega, setelah melihat Aska pergi. "Syukurlah akhirnya dia pergi juga." kata Daffin sambil melirik ke arah Haris. "Kenapa lo malah bersyukur Fin? harusnya tadi lo biarin gue ngasi pelajaran ke anak songong itu. Biar dia tahu kalau kita itu bukan orang yang lemah." ucap Haris kesal.

"Udahlah Ris biarin aja. Buat apa sih kita balas dendam, nggak akan nyelesein masalah juga kan?" ucap Daffin dengan santainya. Haris menggeleng setelah mendengar perkataan Daffin itu, dia seperti tidak terima kalau Daffin selalu bersikap lunak pada Aska.

"Daffin, Nada, Haris. kok kalian masih ada di luar? ayo cepat masuk ke dalam bus, nanti kita terlambat lho sampai di tempat lombanya." ucap Pak Bagas. Memberitahu ketiga muridnya untuk segera masuk ke dalam bus.

"Baik Pak." jawab Daffin, Nada dan Haris kompak. lalu mereka pun bergegas masuk ke dalam bus. sebelum masuk ke dalam bus Daffin kembali mengingatkan Haris untuk mengontrol emosinya jika nanti dia bertemu lagi dengan Aska. Melihat Daffin begitu tulus mengingatkan dirinya Haris merasa tidak tega dan dia pun terpaksa menuruti permintaan Daffin.

Saat Daffin masuk ke dalam bus, Daffin melihat aska duduk di sebelahnya Nesya. Daffin merasa sedih melihat kedekatan Aska dan Nesya, hatinya rasanya teriris. Namun, Daffin sangat pintar menyembunyikan rasa sakitnya itu. Dia sadar kalau dia memang tidak pantas untuk Nesya. Melihat Daffin sedari tadi terus menatap Nesya, Aska pun berdecak kesal. Menyadari Aska kesal kepadanya, Daffin pun menunduk dan langsung mencari tempat duduk yang masih kosong.

***

Butuh waktu 40 menit untuk sampai di lokasi lomba dilaksanakan. Begitu sampai di lokasi Aska langsung menyerobot duluan turun dari bus. Daffin, Haris dan Nada hanya bisa menggeleng melihat Aska bertingkah seperti itu. Setelah Aska turun dari bus baru Daffin dan teman-temannya yang lain menyusul turun dari bus. Baru saja Daffin menginjakkan kakinya di parkiran tiba-tiba terdengar suara teriakan dari dalam bus. Ketika Daffin menoleh dia melihat Nesya hampir terjatuh, beruntung dengan cepat Daffin berhasil menangkap tubuh Nesya yang mungil itu dan lagi-lagi  Nesya jatuh dipelukan Daffin. Untuk sesaat mereka kembali saling beradu pandang, jantung keduanya pun berdegup kencang. "Fin kontrol hati lo, ingat! sekarang orang yang ada dihadapan lo ini sudah jadi milik orang lain." gumam Daffin dalam hati.

"Kenapa sih setiap kali gue jatuh pasti si cupu ini yang nolongin gue? jantung gue juga berdetak kencang setiap kali dekat sama dia. Ada apa sih dengan gue sebenarnya?" ujar Nesya dalam hati. Dengan kedua mata masih menatap lekat wajah Daffin.

Ketika menyadari kalau saat ini Nesya adalah pacarnya Aska dengan perlahan Daffin melepaskan pelukannya dan Nesya juga langsung mendorong tubuh Daffin, hingga membuat Daffin sedikit terkejut. melihat reaksi Nesya seperti itu Daffin merasa sedikit sedih.

"Hee... Cupu! kenapa sih harus selalu lo yang nyelametin gue?! jangan-jangan lo emang sengaja ya pengen meluk-meluk gue?" tuduh Nesya.

Daffin mengerutkan keningnya saat mendengar perkataan Nesya itu. Setiap niat baik yang dilakukan Daffin pasti selalu  saja dianggap buruk oleh Nesya. Meski selalu dituduh yang tidak-tidak Daffin tetap sabar menghadapi sikap Nesya itu.

"Kenapa lo diam cupu?! jawab dong!!"

"Aku harus jawab apa? aku juga nggak tahu kenapa harus aku yang selalu nolongin kamu." lirih Daffin.

Nesya terdiam sembari memikirkan perkataan Daffin tadi. Dia merasa kalau apa yang dikatakan Daffin itu memang ada benarnya juga. Namun, Nesya tetap kesal karena kemarin-kemarin sikap Daffin sedikit berubah kepadanya.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang