Setelah hari berganti Nesya masih belum menyadari kalau ada pencuri yang masuk ke dalam rumahnya semalam. Dua orang pencuri itu berhasil membawa pergi beberapa gepok uang dan juga berkas-berkas penting milik papinya Nesya. Kedua pembantu dan juga satpam yang bekerja di rumah Nesya pun tidak mengetahui kalau ada pencuri yang masuk ke rumah majikan mereka.
Sebelum pergi ke sekolah Nesya sempat memberitahu kedua pembantunya untuk segera membersihkan rumah agar kembali rapi seperti semula. Nesya takut kalau nanti sampai papinya tahu dia membuat pesta di rumah, pasti papinya akan memarahinya. Karena itu Nesya meminta kepada kedua pembantu yang bekerja di rumahnya untuk segera membereskan rumah. Setelah itu Nesya pun pergi ke sekolah dengan penuh semangat.
***
Ketika Nesya berjalan menyusuri koridor sekolah, tidak sengaja Nesya melihat Daffin sedang duduk sendirian di taman sekolah. Lalu Nesya pun pergi menghampiri Daffin yang sedang duduk termenung sembari menatap langit.
"Cupu...." Nesya memanggil. "Lo ngapain duduk sendirian di sini?"
Begitu mendengar panggilan itu Daffin langsung menoleh dan menatap Nesya teduh. Daffin mengukir senyuman ketika melihat Nesya berdiri tidak jauh darinya, Nesya pun membalas senyuman itu lalu berjalan beberapa langkah menghampiri Daffin.
"Cupu. Lo ngapain duduk sendirian di sini?" Nesya kembali bertanya.
Daffin diam sejenak sembari memalingkan pandangannya dari Nesya. Melihat ada kesedihan di raut wajah Daffin hati Nesya sedikit tersentuh, lalu dia pun mencoba untuk menghibur Daffin dengan duduk di sebelahnya.
"Udah jangan sedih-sedih terus! gue tahu lo kayak gini pasti gara-gara mikirin nyokap lo, kan?"
Daffin kembali mengukir senyuman sembari menatap Nesya teduh, dia tidak menyangka ternyata Nesya bisa memahami apa yang sedang dia pikirkan saat ini.
"Kamu kok tahu kalau aku lagi mikirin Ibu aku?"
"Kelihatan dari raut wajah lo. Sejak gue ngelihat lo nangis di taman waktu itu, gue jadi tahu kalau ternyata hati lo yang lembut itu mudah rapuh dan orang yang bisa membuat lo serapuh ini adalah nyokap lo."
Daffin tersipu malu saat Nesya berkata seperti itu kepadanya. Tak disangka ternyata dibalik sikap juteknya, Nesya cukup mengerti dan memahami sikap Daffin dengan baik.
"Aku ini emang cengeng Sya, aku paling nggak bisa ngelihat Ibu aku marah. Karena aku sangat menyayanginya, mungkin terkadang tanpa sengaja aku pernah membuatnya kecewa, tapi aku bisa apa Sya. Aku hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan."
"Jadi tebakan gue benar?! lo sama nyokap lo belum baikan?"
Daffin mengangguk dengan tatapan mata sedikit meredup. Nesya mengulum senyuman sembari mengusap pelan pundak Daffin. "Udah jangan terlalu cengeng jadi cowok. Gue yakin tidak lama lagi Ibu lo pasti bakalan baik lagi sama lo. Tapi yang jadi pertanyaan gue sekarang, kok bisa Ibu lo marah lagi sama lo? bukannya waktu itu dia udah maafin lo ya?"
Daffin menggeleng. Nesya semakin tidak mengerti. "Jadi waktu itu lo sama Ibu lo belum baikan?"
"Belum."
"Terus kenapa waktu itu lo bilang kalau Ibu lo sedang menunggu kedatangan lo di rumah?"
Daffin sedikit menelan ludah saat mendengar pertanyaan Nesya itu. Dia masih berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari Nesya.
"Cupu kok lo diam?!"
Daffin memutar kedua manik matanya dan mencoba untuk tetap tenang. "Pasti kesalahan yang udah lo buat besar banget ya? makanya Ibu lo nggak mau maafin lo sampai sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU
Teen FictionKisah Cinta anak remaja yang tak biasa, meskipun dia di benci tapi dia tetap cinta, meski dia sering di sakiti tapi dia tetap bertahan.... Karena dia cinta.