50

83 3 0
                                    

Tidak ada satu kata pun yang mampu terucap dari bibir Daffin dan juga Nesya. Hanya tatapan mata mereka berdualah yang bicara.

Bu Rani yang saat itu berdiri di dekat Daffin dan juga Nesya merasa heran melihat Daffin dan Nesya hanya saling beradu pandang. Padahal selama ini bu Rani sudah mengetahui kalau Daffin yang  biasa dia panggil Dafa sangat menyukai sosok Nesya. Karena itu bu Rani jadi merasa geregetan melihat Daffin hanya diam dan tidak mengatakan apa pun kepada Nesya.

"Hmm. Kok malah saling lihat-lihatan terus sih?! ayo ngomong dong!!"

Daffin dan Nesya langsung memalingkan pandangan mereka saat mendengar perkataan bu Rani itu. Mereka berdua benar-benar dibuat salah tingkah oleh bu Rani. Karena tidak mau digodain terus oleh bu Rani, Daffin akhirnya mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

"Bu, makanannya udah siapkan?!"

Bu Rani pun tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengar ucapan Daffin itu. Bu Rani tahu kalau Daffin sedang berusaha mengalihkan pembicaraan. Melihat bu Rani berekspresi seperti itu Daffin pun merasa heran.

"Ibu kenapa? kok ibu senyum-senyum gitu ngelihatin Dafa sama Nesya?"

"Memangnya kenapa? ibu nggak boleh ngelihatin kalian berdua?"

"Bukannya nggak boleh Bu. Dafa cuma heran aja, kok tumben sikap ibu hari ini berbeda dari biasanya?"

"Memangnya sikap ibu selama ini seperti apa? kok kamu bisa bilang sikap ibu hari ini berbeda dari biasanya?"

"Biasanya ibu kalau senyum nggak pernah lepas kayak tadi. Makanya begitu Dafa melihat senyum ibu tadi, Dafa merasa sangat senang. Jadi mulai hari ini dan seterusnya Dafa mau lihat ibu tersenyum kayak tadi ya?" kata Daffin dengan mata berkaca-kaca.

Melihat mata Daffin berkaca-kaca bu Rani langsung mendekati dan merangkul Daffin sembari berkata.

"Ya ampun!! mata anak ibu kok sampai berkaca-kaca kayak gini sih?! memangnya selama ini di mata kamu ibu terlihat begitu menyedihkan ya nak?"

Daffin diam sejenak ketika mendengar bu Rani berkata seperti itu. Dia merasa bingung dan tidak tahu harus memberi jawaban apa kepada bu Rani. Karena selama Daffin tinggal bersama bu Rani, Daffin belum pernah melihat bu Rani tersenyum lepas seperti saat ini, bahkan belakangan ini Daffin lebih sering melihat bu Rani murung dan juga diam. Makanya begitu melihat bu Rani tersenyum tadi Daffin merasa sangat senang dan juga bahagia.

"Dafa!" bu Rani memanggil Daffin dengan lembut.

"Iya Bu." sahut Daffin.

"Kamu kenapa diam nak?"

"Ohh, Dafa nggak kenapa-napa kok bu. Dafa cuma sedih aja dengar ucapan ibu tadi. Sebenarnya maksud Dafa bukan kayak gitu bu, Dafa tadi bicara seperti itu karena Dafa melihat belakangan ini ibu kurang ceria aja. Apa ibu lagi ada masalah?"

"Oh, jadi karena ibu terlihat kurang ceria kamu jadi merasa sikap ibu berbeda? kamu jadi merasa kalau ibu lagi ada masalah?"

Daffin menganggukkan kepalanya.

Melihat Daffin begitu sayangnya pada bu Rani, Nesya jadi ikut terharu juga melihatnya. Dia sungguh tidak menyangka kalau Daffin ternyata sesayang itu pada bu Rani. Setelah cukup lama mengenal Daffin ini kali keduanya Nesya melihat Daffin menitikan air mata.

"Cupu, gue nggak nyangka banget lo sesayang itu sama bu Rani. Makin ke sini gue jadi makin kagum sama lo, andai aja lo tahu gimana perasaan gue saat ini sama lo, mungkin gue nggak akan ngerasa sesedih ini." batin Nesya.

Di saat Nesya membatin bu Rani kembali bicara, dia memberitahu Daffin untuk tidak lagi mengkhawatirkan dirinya. Karena bu Rani merasa dirinya baik-baik saja.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang