29

93 6 6
                                    

"Nesya!" Daffin sedikit terkejut saat mengetahui kalau orang yang tiba-tiba membawanya pergi dengan paksa adalah Nesya. Dia benar-benar tidak menyangka Nesya nekat melakukan semua ini kepadanya, beruntung tadi Daffin masih bisa menahan dirinya kalau tidak mungkin pukulan Daffin sudah mendarat di wajah Nesya.

"Ka-kamu! kamu nggak kenapa-napa, kan? maafin aku ya? aku hampir saja mukulin kamu tadi." tanya Daffin merasa cemas.

"Nggak apa-apa! lagian gue juga salah. Gue udah bawa paksa lo ke sini."

"Jadi dari tadi kamu ngikutin aku?"

"Iya.... gue ngikutin lo."

"Kenapa sih kamu nekat ngelakuin ini?"

"Gue terpaksa ngelakuin ini! karena gue pengin ngomong sama lo. Kenapa sih belakangan ini lo selalu menghindar dari gue?!"

Daffin diam sejenak. "Siapa yang menghindar dari kamu? aku nggak menghindar kok."

"Bohong! lo pikir gue ini anak kecil yang bisa lo bohongin gitu aja."

Daffin sedikit menggaruk kepala dan memalingkan pandangannya ketika mendengar perkataan Nesya itu. Memang tidak mudah bagi Daffin untuk membohongi Nesya. Sepintar apa pun Daffin mencari alasan Nesya tetap saja tidak akan percaya.

"Ya udah aku minta maaf. Apa yang kamu bilang tadi memang benar, aku memang sengaja menghindar dari kamu."

"Kenapa?"

"Karena aku,...." Daffin memberi jeda. Nesya pun menatap Daffin dengan penuh rasa penasaran.

Melihat ada bayangan melintas Daffin langsung menarik tangan Nesya dan membawanya pergi ke tempat yang aman. Nesya sedikit terkejut waktu Daffin tiba-tiba menarik tangannya lalu membawanya pergi dengan terburu-buru. Dia tidak mengerti kenapa Daffin tiba-tiba membawanya pergi begitu saja. Namun, saat Nesya melihat Daffin menggengam tangannya dengan erat, jantungnya langsung berdetak kencang. Ini bukan pertama kalinya jantung Nesya berdetak kencang, sebelumnya dia sudah merasakan hal yang sama setiap kali berada di dekat Daffin.

Tanpa berkedip sedikitpun Nesya terus menatap tangan Daffin, Nesya tampak bahagia melihat Daffin menggenggam tangannya dengan erat. Dia pun tidak perduli Daffin akan membawanya pergi ke mana.

Salah satu sudut sekolah...

Daffin membawa Nesya bersembunyi di salah satu sudut sekolah. Dia sedikit takut kalau sampai ada orang lain yang melihat dia sedang bersama dengan Nesya, padahal saat ini dia sedang berusaha untuk menjauh dari Nesya.

"Cupu! lo ngapain bawa gue ke sini? kita lagi sembunyi dari siapa sih?!" Tanya Nesya sedikit penasaran.

"Sssttt!" Daffin menempelkan telunjuk tangan kanannya di bibir Nesya.

"Jangan keras-keras ngomongnya nanti kita ketahuan." ucap Daffin dengan nada sedikit pelan.

Nesya langsung diam sambil menatap Daffin dengan penuh makna. Sayangnya, saat itu Daffin tidak menyadari tatapan Nesya itu, dia malah sibuk memperhatikan sekitarnya.

Setelah memastikan situasinya aman, Daffin lalu menghela nafas lega. Sementara Nesya masih diam dan tak bersuara dikarenakan telunjuk Daffin masih menempel di bibirnya.

"Sya sepertinya situasinya udah aman deh! kita bisa pergi sekarang." ucap Daffin sembari menoleh ke arah Nesya. Menyadari telunjuknya masih menempel di bibir Nesya, dengan cepat Daffin menurunkan tangannya.

"Ma-maaf Sya!?" ucap Daffin merasa tidak enak pada Nesya.

Nesya pun membalas dengan senyuman. Melihat Nesya tersenyum, Daffin jadi semakin tidak enak, dia merasa malu untuk menatap Nesya.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang