46

76 4 6
                                    

Ketika berjalan melewati Aula sekolah sayup-sayup Nesya mendengar adanya suara dari dalam Aula. Seketika saat itu Nesya pun menghentikan langkah kakinya dan menatap ke arah pintu masuk Aula.

"Kok ada suara dari dalam Aula ya? suara itu mirib banget lagi kayak suaranya si cupu. Jangan-jangan itu memang suaranya dia? tapi ngapain dia ada di Aula sekolah?" gumam Nesya saat itu.

Karena merasa penasaran, Nesya akhirnya melangkahkan kakinya dengan perlahan menuju arah pintu masuk Aula. Begitu sampai di dekat pintu Aula Nesya pun menghentikan langkah kakinya dan terdiam dengan kedua manik matanya membulat penuh.

"Cupu!" ucap Nesya dengan nada sedikit pelan.

Nesya terkejut saat melihat Daffin berada di Aula sekolah bersama dengan Nada.

"Ternyata lo sama Nada ada di sini, pantesan dari tadi gue cariin ke mana-mana lo nya nggak ada." batin Nesya.

Nesya merasa sedih saat melihat Nada dan Daffin saling beradu pandang mesra di depan matanya.

"Kenapa gue jadi sedih ya ngelihat mereka berdua beradu pandang mesra seperti itu. Apa ini artinya gue cemburu melihat kedekatan mereka berdua? nggak mungkin, gue nggak mungkin cemburu sama si cupu. Gue sama dia kan cuma berteman, jadi sangat tidak mungkin kalau gue cemburu sama dia. Perasaan ini pasti salah, gue nggak mungkin cemburu. Nggak mungkin."

Meski perasaan itu muncul berkali-kali dalam hatinya, tetap saja Nesya tidak bisa memahami dan mengerti akan perasaannya sendiri. Dia selalu saja menepis perasaan itu dari dalam hatinya.

Merasa penasaran dengan apa yang Daffin dan Nada bicarakan. Nesya akhirnya diam-diam menguping dari balik pintu Aula. Dia tidak ingin melewatkan percakapan serius antara Daffin dan juga Nada.

Walaupun tidak bisa mendengar dengan jelas percakapan mereka berdua. Nesya tidak merasa goyah sedikitpun untuk menguping pembicaraan mereka.

Samar-samar dari balik pintu Aula Nesya mendengar Nada mengungkapkan isi hatinya kepada Daffin. Seketika Nesya pun terkesiap mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Nada itu. Nesya sama sekali tidak menduga kalau Nada akan mengutarakan isi hatinya pada Daffin secepat itu.

"Nggak mungkin! ini pasti gue salah dengar. Nada nggak mungkin nembak Daffin secepat ini." gumam Nesya.

Nesya mencoba menepis kebenaran yang didengarnya itu. Dia sungguh tidak percaya kalau Nada berbicara seperti itu pada Daffin.

Untuk memastikan bahwa apa yang didengarnya itu tidak salah Nesya yang tadinya hanya menguping langsung melihat ke dalam Aula dan dengan kedua matanya Nesya melihat Nada menatap Daffin dengan penuh rasa cinta selain itu Nesya juga mendengar Nada meminta Daffin untuk menjadi pacarnya. Tanpa Nesya sadari butiran air matanya pun menetes membasahi pipinya.

"Aduh, kenapa hati gue sakit banget ya ngelihat Nada natap Daffin kayak gitu dan dia juga meminta Daffin untuk jadi pacarnya. Sebelumnya gue nggak pernah ngerasain sakit hati sesakit yang saat ini gur rasakan. Apa ini artinya gue beneran suka sama Daffin?" gumam Nesya sembari terus menatap ke arah Nada dan Daffin berada.

Merasa tidak sanggup lagi mendengar percakapan serius antara Nada dan Daffin, Nesya akhirnya memutuskan untuk pergi dengan air mata yang masih mengalir deras di wajahnya.

Ketika Nesya berlari meninggalkan Aula tanpa sengaja ia menabrak kedua sahabatnya yang saat itu sedang kebingungan mencari keberadaannya.

"Aduh Sakit!!" teriak Milly saat ditabrak tubuhnya oleh Nesya.

Ketika Milly berteriak kesakitan Nesya sama sekali tidak peduli. Dia langsung pergi begitu saja setelah menabrak kedua sahabatnya itu.

Milly dan Nayra pun saling lihat satu sama lain. Mereka berdua merasa heran melihat sikap Nesya yang aneh itu.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang