Gofard memberhentikan motornya di belakang sebuah mobil berwarna silver, dengan wajah ingin tahu pria itu menerka-nerka siapa yang ditemui pemilik rumah itu.
Ya, rumah Raya. Dihadapan rumah Raya terdapat sebuah mobil bermerek Ayla, Gofard menurunkan tubuhnya dari atas motor lalu berjalan mengendap-endap mendekati pagar rumah Raya.
"Saya harap kamu bekerja dengan baik, Raya," ujar seseorang yang sepertinya berjenis kelamin laki-laki, terdengar dari suaranya yang berat.
"Kalau kamu tidak menaati perintah saya, kamu tahu akibatnya," lanjut laki-laki itu lalu berjalan pergi meninggalkan Raya.
Gofard yang mendengar suara langkah kaki mendekati dirinya, buru-buru menaiki motornya dan menyalakan mesinnya, biar dikira baru dateng dan enggak nguping bisiknya dalam hati.
"Pak!" sapa Gofard sok kenal kepada laki-laki yang ternyata seorang paruh baya itu, sedangkan laki-laki itu hanya menatap datar Gofard lalu mengangguk.
Pemuda itu masih menatap mobil itu yang mulai berjalan melewati dirinya lalu segera memotret plat nomor mobil itu, ia curiga siapa seseorang yang baru saja mengancam Raya.
"Ra!" panggil Gofard dari rumah Raya.
Raya yang baru saja hendak masuk ke dalam rumah menghentikan niatnya lalu berbalik. "Lo?" tanya Raya kaget.
"Lo musuhnya Angga, kan?" lanjut Raya berlari mendekati pintu pagar. "Buat apa lo ke sini? Mau robohin rumah gue?"
Gofard mendengus, gini amat punya calon adik. "Enggak usah sok ujon lu! Buka pagar, gue bawa oleh-oleh nih. Orang niat baik juga bukannya di sambut malah mau di sambit."
"Dih, lawak?" Raya membuka pagar rumahnya, enggak apalah kalau diancam atau diajak baku hantam, seenggaknya Raya dapat empat kantong kresek putih berlogo supermarket itu dengan gratis.
Gofard memasuki motornya ke dalam pekarangan rumah Raya lalu mengambil empat kantong kresek besar itu dan memberikannya kepada Raya. "Buat lo!" ujar Gofard yang langsung dibalas senyuman cerah oleh Raya.
"Wah! Thanks banget ini mah," ucap Raya lalu mempersilakan Gofard untuk duduk di teras rumahnya dan berjalan masuk ke dalam rumah untuk menyediakan jamuan kepada tamu 'sehari'-nya itu, Raya harap ini adalah pertemuan pertama dan terakhirnya dengan Gofard.
Raya masih dendam dengan laki-laki itu yang menjadikan dirinya sebagai sandera saat tawuran dulu.
Gofard menelisik pekarangan rumah Raya yang sangat asri, indah untuk dipandang.
"Rumah lo bagus juga, Ra," ujar Gofard kepada Raya yang sepuluh menit lalu berkutat di dalam rumah.
"Makasih," Raya mendudukan dirinya. "Ada musim apa datang ke rumah gue?"
Gofard mengalihkan pandangannya kepada Raya yang memakai hijab instan berwarna biru muda. "Mau kasih oleh-oleh, begitu-begitu juga lo mantan pekerja di rumah gue."
Raya mengernyit. "Bukan rumah lo kali," cetus Raya membuat Gofard menyengir.
"Enggak apa, berbangga aja dulu sama harta orang tua."
"Cih!" Raya berdecih mendengarnya.
"Tadi siapa?" tanya Gofard.
"Tadi?" Raya mengernyitkan dahinya kembali, siapa seseorang yang datang ke rumahnya tadi? Oh yang tadi.
"Biasalah, atasan baru gue, hehe," cengir Raya agar Gofard tidak curiga dengannya, walaupun Raya merasa kalau Gofard belum tentu akan peduli dengan ucapannya.
Gofard menganggukan kepalanya berusaha bersikap tidak peduli lalu mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada seseorang agar menemani Raya malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]
JugendliteraturRaya membulatkan matanya. Horror, "Apasi! Cepetan turun." Angga yang tak kuasa melihat wajah Raya yang memerahpun melepaskan tawanya. "Kenapa sih, lo?" Raya menatap aneh Angga yang tiba-tiba tertawa lebar. "Muka lo, lucu!" Raya yang kesal, berlalu m...