Waktu telah menunjukan pukul 12.30 WIB. Murid-murid MAN Jaya sedang melaksanakan salat dzuhur bersama di lapangan utama.
Raya memakai mukenanya dengan santai, di sampingnya ada Herlin yang sedang duduk rapi sambil menatap murid-murid MAN Jaya yang sangat banyak sekali, apalagi mereka semua masih berlalu lalang untuk mengambil air wudhu.
"Murid di sini banyak juga ya, Ra?" celetuk Herlin membuat Raya menoleh lalu duduk setelah memasang mukenanya dengan rapi ditubuhnya.
"Lumayan," ucap Raya.
Tiba-tiba dari arah belakang, terdengar teriakan yang membuat siswi MAN Jaya menoleh.
"ADA YANG SOMBONG TAPI BUKAN MANTAN!"
Raya menoleh, lalu terkekeh.
"ADA YANG TERIAK TAPI BUKAN TARZAN!" balas Raya membuat Alya membalasnya.
"ADA YANG SUKA NGACA PENAMPILAN TAPI NGGAK PERNAH NGACA SIFAT!" teriak Rusmi membuat Raya dan Herlin berpandangan.
"Nah, kan mampus gue ke skak!" gumam Raya membuat Herlin tertawa.
"Itu temen lo, Ra?" tanya Herlin membuat Raya berdehem.
"Temen lo asik juga, ya?" ucap Herlin yang membuat Raya mengangguk.
"Asik tapi nggak ada akhlak!"
"HAHA!"
***
Bel pergantian pelajaran akan berbunyi 5 menit lagi, tetapi anak murid kelas XI MAIPS 2 masih berkutat dengan ulangan dadakan dari Pak Sufyan.
Pak Sufyan mengajar mata pelajaran Sejarah Agama Islam atau SKI.
Dia termasuk golongan guru killer tapi santai.
Maksudnya walaupun dia galak, dia bisa menempatkan sifat galaknya di suasana yang tepat. Jadi, jika ngobrol biasa dengan Pak Sufyan dia itu sebenarnya sangat santai dan ramah.
"Ra, gue lihat dong," ucap Herlin membuat Raya menghela napas, ia memberikan kertas jawabannya kepada Herlin dan Herlin langsung menyalin jawabannya dengan semangat 45.
Raya mendengus, pengennya sih nggak ikhlas, tapi mau gimana lagi?
Menatap sekeliling saat ia merasakan ada yang menepuk bahunya, "Ra!"
Raya menoleh ke belakang sambil memasang raut wajah sangar.
"Apa?"
"Gue lihat jawaban nomor 3 dong," ucap Rusmi memohon membuat Raya memutar bola matanya malas.
"Usaha sendiri, ini materi agama islam. Gampang, dari dulu juga suka di ulang-ulang aja," kata Raya membuat Rusmi mengerucutkan bibirnya.
Tak peduli, Raya langsung berbalik ke arah depan kembali dan menelungkupkan kepalanya di atas meja.
Ngantuk cozzz! Materi sejarah aja udah bikin ngantuk, gimana soal ulangannya? Mungkin udah hibernasi tahunan.
"10 menit lagi." Suara Pak Sufyan yang terdengar nyaring itu membuat murid kelas XI MAIPS 2 dengan terburu-buru mencari contekan.
Raya mengangkat kepalanya dan menoleh kembali ke arah Herlin, "Udah belom?"
"Belum. Sebentar," tahan Herlin sambil mengecek jawabannya yang ada dikertas lembar jawaban dan disamakan dengan jawaban milik Raya.
Herlin memberikan kertas jawaban milik Raya lalu dengan segera mereka berdua bangkit mengumpulkan kertas jawaban masing-masing kepada Pak Sufyan.
Kring!
Kring!
Kring!
Bel tanda memasuki jam pelajaran ke-7 berlalu.
Raya menatap Irgi yang dibalas dengan mengangkat bahu acuh dari sang empu.
"Huft, jamkos lagi ini mah," gumam Raya membuat Herlin menoleh.
"Akhirnya, jamkos juga ya Tuhan!"
Raya mendelik sinis kepada Herlin, jam pelajaran kosong kok senang? Harusnya sedih kayak Raya dong. Raya, kan typikal murid rajin.
Daripada Raya membuang waktu, lebih baik ia menuju meja teman-temannya. Apalagi mengenalkan Herlin kepada mereka.
"Woi!" panggil Raya membuat Endang dkk menoleh.
"Apaan?"
"Gue bawa temen baru nih," ucap Raya lalu menampakan sosok Herlin di belakang tubuhnya.
"Halo, gue Herlin. Salken semua," kata Herlin canggung.
Rusmi menelisik dari atas kepala hingga ujung kaki Herlin.
Ia merasa, Herlin tidak pantas berkumpul dengan teman-temannya karena Herlin sepertinya dari kalangan orang berada.
"Salken, gua Rusmiati Putri. Panggil aja Rusmi atau Umi," balas Rusmi yang membuat Herlin mengembangkan senyuman.
Alya ikut menyerobot, "Salken ya, Lin. Gue Alya Rohani Fatika, anak paling pinter di kelas."
Pletak!
Atun dengan tidak ada dosanya menyambit dahi Alya, "Noh. Raya sama Naila aja diem yang jadi juara kelas. Lo yang enggak ngapa-ngapain malah sok'sok an."
"Haha!"
Endang menatap Raya dengan intens membuat Raya menoleh ke arahnya.
Endang menggeleng membuat Raya melotot.
"Apaan?" tanya Raya membuat Endang kembali menggeleng.
Raya mendengus, kebiasaan. Kan, Raya jadi kepo.
"Eh, Raya sombong nih. Tadi gua minta jawaban malah kagak dikasih," kata Atun membuat Rusmi mengangguk mengiyakan.
Herlin mengernyit, "Raya ngasih jawaban buat gue tuh. Baik banget."
Raya menggaruk tengkuknya yang ditutupi kerudung karena mendapati tatapan sinis dari teman-temannya.
"Ya ... formalitas dikit lah."
"Yeh!" Mereka semua malah menimpuk Raya dengan buku-buku mereka.
¤|A N G G A R A Y A|¤
yo whatsapp, mamen!
Pa kabar, hyung?
Akhirnya up walaupun pendek yah ☺
Yang udah PTS angkat kakinya?!!
Yang belum PTS semoga bisa mengerjakan ujian dengan lancar ya. Yang udah PTS semoga hasilnya memuaskan. Aamiin.
TBC ....
KAMU SEDANG MEMBACA
AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]
Teen FictionRaya membulatkan matanya. Horror, "Apasi! Cepetan turun." Angga yang tak kuasa melihat wajah Raya yang memerahpun melepaskan tawanya. "Kenapa sih, lo?" Raya menatap aneh Angga yang tiba-tiba tertawa lebar. "Muka lo, lucu!" Raya yang kesal, berlalu m...