'¤| Bab 08☆

114 52 37
                                    

"Nggak suka, tetapi nyakitin."

Angga menoleh saat suara pelan dan lemah, mengalun lembut memasuki pendengarannya.

Raya-nya telah bangun.

"Ra? Dah sadar?" Angga menatap Raya yang tengah menatapnya balik tanpa melepaskan tangan mereka yang menyatu.

"Lo sudah lihat, gimana keadaan Gue." Ujar Raya santai sambil menggerakan tangannya untuk bangkit dari rebahannya.

"Eh Anjir! Lo udah tahu lagi sakit. Masih aja maksa buat bangun. Gobloq!" Raya memberikan cengiran lima jarinya, kemudian meminta Angga membantunya duduk.

"Lo nggak lapar?" Tanya Angga setelah beberapa menit terdiam dengan masih menatap tubuh Raya.

"Kode buat, Gua beliin makanan?" Kebiasaan Raya. Kalau ditanya, malah balik nanya.

"Jawab, aja." Angga mengedikan bahu setelah itu menatap nakas yang di atasnya terdapat parsel Buah.

"Gua kupasin, ya?" Tanpa menunggu jawaban Angga segera mengupas Buah Apel yang warnanya paling menterang diantara buah-buah yang lain.

"Eits. Jangan buah Apel ya? Gua nggak suka. Buah Pisang aja. Yang baik, buat daya tahan." Raya menawar dan dituruti oleh Angga.

Braak!

"Pelan-pelan Chan. Lo kagak bisa santuy bet dah!" Putra berceletuk saat Chandra membuka Pintu dengan kasar.

Bukan masalah pintunya rusak, tetapi mengganggu aktifitas yang lain.

"Kalem. Santuy. Jalani hidup dengan nyaman." Chandra berjalan santai menuju brankar Raya setelah itu memegang tangan Raya.

"Cih! Kagak nyambung, Pe'A!" Umpat Chiko sambil berjalan memasuki ruangan Raya diikuti Inti Geng Unifoce. Dimana, Anggota Unifoce yang lain? Mereka sudah balik atas paksaan Angga. Tentunya dengan kekerasan. Setelah itu Geng Unifoce duduk di Sofa yang ada di ruang rawat Raya.

"Ra. Lo sudah sembuh?" Tanya Chandra tanpa tahu bahwa dibalik pegangan tangannya dengan Raya membuat Singa hampir mengaum.

"Apaan banget si pertanyaan Lo. Kagak bermutu tahu nggak." Irgi berkata kesal karena Chandra tidak lihat keadaan Raya sekarang.

"Hah. Autys!" Alfin berkata membuat suasana menjadi ceria karena tawaan Geng Unifoce.

"Yasudah." Chandra melepaskan genggamannya beralih mengelus tangan Kiri Raya yang di infus.

Braak!

Angga menaruh pisau buah dengan keras sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring sampai seluruh Geng Unifoce menatap kearahnya. Apalagi Raya yang secara refleks memegang telinga Kanannya karena suara nyaring itu.

"Adaw." Raya mengelus Telinganya dengan halus sambil menatap Angga kesal, "Lo berniat bikin Gua tuli, mendadak?"

Angga cengengesan tetapi setelah itu menatap nyalang Chandra yang masih menempelkan lengannya di pergelangan tangan Kiri Raya.

"Lepasin. Atau Gua yang lepasin?" Angga berkata dingin namun tegas, tetapi tak ada yang mau menyahut karena tak mengerti.

Lah kan Kita nggak lagi megang Lu, Boss.

AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang